Bayi Kolik Menangis hingga Berjam-jam, Normalkah? 

Rabu, 24 Februari 2021 | 15:55:29

LS Parenting

Penulis : LS Parenting

Bayi Kolik Menangis Hingga Berjam-Jam, Normalkah? 

Mendapati bayi menangis merupakan tantangan besar yang dihadapi para orang tua, terlebih orang tua baru. Para orang tua ingin bayi mereka selalu tenang, nyaman, tersenyum, dan tertawa. Kalau pun menangis, hanya sebentar dan menangis kecil. 

Namun, pada keadaan tertentu, bayi menangis keras secara tiba-tiba tanpa sebab, bahkan berlangsung lama dan sulit ditenangkan. Tentu saja hal ini membuat para orang tua panik juga kewalahan. Berbagai cara dilakukan agar si buah hati berhenti menangis dan kembali tenang. 

Kondisi bayi menangis tiba-tiba tanpa sebab dan tanpa henti dikenal dengan istilah kolic. Kolik terjadi ketika bayi dalam kondisi tidak sakit dan tidak lapar, tapi menangis berlebihan dan berlangsung lama, bahkan hingga berjam-jam. 

Meski demikian, kolik bukanlah kelainan fisik atau penyakit. Hal ini normal dialami semua bayi, baik yang lahir pada usia kandungan tepat maupun prematur, sehingga para orang tua tak perlu cemas dan panik. Sebaliknya, kolik hanya mengacu pada tangisan bayi yang tidak bisa dijelaskan dalam waktu lama. 

Untuk menggambarkan kondisi kolik, banyak dokter sepakat menggunakan deskripsi "aturan tiga" atau "rule of three" dari dokter anak Morris A. Wessel, yakni bayi sehat yang menangis lebih dari tiga jam sehari, selama lebih dari tiga hari seminggu, dan selama lebih dari tiga minggu. Bila bayi mama menangis seperti deskripsi di atas, kemungkinan ia tengah mengalami kolik.

Kolik umumnya terjadi di tahap awal kehidupan bayi. Kondisi ini kerap terjadi pada tiga bulan pertama usia bayi. Kolik dimulai ketika bayi berusia sekitar dua sampai tiga minggu dan bertambah parah pada usia enam sampai delapan minggu. 

Bayi akan sering menangis pada rentang waktu petang hari menjelang waktu tidur hingga tengah malam. Namun, seiring berjalannya waktu, fase ini akan hilang dengan sendirinya pada usia tiga atau empat bulan. 

Selain menangis berlebihan dan tiba-tiba, tanda lain dari bayi kolik dapat dilihat dari perut yang membesar, mengeluarkan lebih banyak gas atau kentut dari biasanya, dan meregangkan atau menarik kedua kakinya ke atas. 

Bukan Pertanda Sakit 

Menangis sebetulnya hal wajar pada bayi. Ini merupakan cara mereka berkomunikasi. Bayi menangis biasanya karena mereka merasa tak nyaman seperti lapar, kehausan, kekenyangan, buang air besar, popok yang basah, mengantuk, kegerahan, gatal, hingga perut kembung. Namun, si bayi tak bisa berbuat apa-apa untuk memberi tahu orang sekitarnya. 

Akan tetapi, menangis normal dan menangis kolik pada bayi berbeda. Ketika menangis normal, bayi mudah ditenangkan seperti digendong, dipeluk, diayun, atau diberi susu. Sebaliknya, menangis kolik bayi sulit ditenangkan dan menangis semakin lama serta kencang. 

"Dengan tangisan lapar, bayi merasa lebih baik saat Anda memberinya makan. Dengan kolik, Anda tidak tahu apa yang diinginkan bayi," ujar dokter Jennifer Shu, yang juga salah satu penulis buku Heading Home With Your Newborn, seperti dikutip dari laman Parents

Penyebab bayi kolik belum diketahui jelas. Namun yang pasti, kolik bukan pertanda bahwa bayi tengah sakit meski hal-hal seperti refluks, alergi makanan, dan paparan asap rokok dapat menyebabkan bayi kolik. 

Begitu juga kolik bukan tanda bayi mengalami sakit perut walau cara bayi meringis, mengatupkan tubuhnya, melengkungkan punggungnya, menarik kakinya ke atas, dan menangis sampai wajahnya memerah seperti menggambarkan perutnya tidak nyaman. Biasanya, bayi akan berhenti menangis setelah ia membuang angin atau buang air besar. 

Walau kolik adalah hal normal, Larry Scherzer, asisten profesor pediatri di Pusat Kesehatan Universitas Connecticut di Farmington, Amerika Serikat, mengatakan kolik bukan sesuatu yang harus didiamkan. Sebab, bayi yang terus menagis secara berlebih bisa mengindikasi adanya penyakit tertentu. 

Karena itu, mama perlu memperhatikan ketika bayi menangis. Apakah saat menangis, bayi sering mengalami muntah, demam, buang air besar atau berdarah, berat badan menurun, sulit menyusu, eksim, hingga kelelahan. Bila menemukan gejala tersebut, segera bawa anak ke dokter. Namun, jika tidak, orang tua tak perlu panik.