5 Cara Mengajarkan Anak untuk Menerima Jika Dia Kalah 

Rabu, 13 Oktober 2021 | 09:00:00

Gendis Ayu

Penulis : Gendis Ayu

5 Cara Mengajarkan Anak Untuk Menerima Jika Dia Kalah 

Foto: Shutterstock

Ladiestory.id - Mengikutsertakan anak dalam berbagai macam perlombaan tentu saja boleh. Apalagi, bila ia tampak percaya diri untuk ambil bagian.

Namun sebelum ikut berlomba, sebagai orang tua harus sudah lebih dulu mengenali proses perkembangan jiwa kompetitifnya. Selain itu juga harus membantu dia menyalurkan dan mengelola jiwa konpeitifnya dengan baik, terutama saat berlomba.

Cara Mengajarkan Anak untuk Menerima Jika Dia Kalah      

Anak haruslah di didik agar tak selalu menang, hal ini bisa meningkatkan sprotivitas anak dalam menerima kekalahan secara lapang dada. Agar anak mau menerima kekalahan dan kemenangan dengan baik, berikut ini beberapa hal yang perlu orang tua lakukan.

1. Memahami Perasaan Anak

mengajarkan anak menerima kekalahan
Foto: Ladiestory.id

Perasaan marah, kecewa, serta sedih merupakan perasaan yang kerap kali ditemukan sesaat setelah si kecil mengalami kekalahan. Pada beberapa anak mungkin kurang bisa mengekspresikan apa yang benar-benar ia rasakan.

Kehadiran ibu dan ayah dalam cara mendidik anak untuk memahami apa yang benar-benar sedang ia rasakan sangat penting, terutama untuk membantu kecerdasan emosionalnya.

Bantu mereka untuk mengetahui dan mempelajari apa saja perasaan-perasaan yang dirasakan, serta menggali cara menangani dan mengekspresikan perasaan-perasaan tersebut secara sehat.

Selain itu, beri waktu dan kesempatan kepada si kecil untuk benar-benar mengutarakan apa yang ia harapkan serta apa yang terjadi sebenarnya saat sedang bertanding. Pada situasi ini, kita sebagai orangtua diminta secara tidak langsung oleh si kecil untuk benar-benar hadir dan menjadi pendengar yang baik baginya.

Walau mungkin kendala yang dialami oleh sang anak belum dapat ditemukan saat ia sedang bercerita, tanggapan yang diutarakan oleh ibu dan ayah akan menciptakan rasa nyaman serta perasaan dimana si kecil “merasa didukung” oleh keluarganya, their number one support system!

2. Tidak Membuat Berbagai Macam Alasan Bila Kalah

Tidak membuat berbagai macam alasan bila kalah, apa maksudnya? Dalam setiap perlombaan pasti ada kalah dan menang. Bagaimana menyikapi kekalahan dan kemenangan adalah sebuah sikap baik yang perlu banget diajarkan ke anak.

Jika kalah, sikap yang benar adalah menerima kekalahan dengan lapang dada bukan malah mencari-cari alasan kekalahan apalagi menyalahkan orang lain.

3. Pentingkan Proses, Bukan Hasil

mengajarkan anak menerima kekalahan
Foto: Ladiestory.id

Sebagai orang tua, jangan sampai  mementingkan hasil. Jika anak kalah, lebih baik evaluasi dan diskusikan pada anak apa yang telah terjadi.

Seorang dokter mengatakan bahwa orang tua dapat menyampaikan kepada anak-anak bahwa tidak masalah kalau kalah. Para orang tua harus menyebut bahwa sang anak sudah berusaha dan ke depannya harus perbaiki diri.

4. Bersikap Positif

Ajari anak untuk selalu memberikan ucapan 'selamat' kepada pemenang dalam kompetisi yang ia ikuti dengan cara menjabat tangannya. Orang tua perlu menjelaskan bahwa yang terpenting dalam sebuah perlombaan atau kompetisi adalah tidak merasa putus asa saat kalah. Selain itu tidak bersikap tinggi hati atau sombong saat menang.

Orang tua juga bisa mengajarinya untuk mengenali pemain yang sportif dan tidak sportif dengan cara mengajaknya menonton pertandingan olahraga favorit bersama.

5. Be a Good Role Model

mengajarkan anak menerima kekalahan
Foto: Ladiestory.id

Apakah good role model tandanya selalu memperlihatkan yang baik-baik saja di depan anak? Jawabannya tentu tidak, karena anak-anak kita butuh untuk melihat orangtua mereka berjuang dan berusaha dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Pada hal ini, si kecil mungkin dapat melihat bagaimana orang tua merespon keadaan yang tertekan. Seperti contoh saat panik karena lupa menaruh handphone di mana, atau mengutuk ketika baju tertumpah noda, tetapi kita memperlihatkan respon yang negatif.

Hal tersebut juga akan secara “mentah” diterima oleh si kecil dan tak lama setelahnya, ia akan meniru apa yang telah kita perlihatkan padanya.

Kim Metcalfe, seorang pensiunan profesor di bidang psikolog pendidikan anak usia dini dan pengarang dari Let’s Build ExtraOrdinary Youth Together, mengatakan bahwa anak masih menerima informasi yang ia lihat secara “blak-blak-an".

Walau setelahnya kita menjelaskan apa yang baru saja kita lakukan bukan merupakan suatu perilaku yang patut untuk dicontoh.

Sehingga, sebelum memperlihatkan perilaku yang dapat berdampak buruk secara langsung kepada si kecil, sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu respon yang ingin dikeluarkan.

Inilah 5 cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajarkan pada anak menerima kekalahan. Semoga membantu, ya!