Dialami Rini S Bon Bon Sebelum Meninggal, Ini Dampak Diabetes pada Kaki

Senin, 11 Juli 2022 | 18:20:00

Dialami Rini S Bon Bon Sebelum Meninggal, Ini Dampak Diabetes Pada Kaki

Komedian Rini S Bon Bon. (Spesial)

Ladiestory.id - Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan di Indonesia. Salah satu komedian, Irni Yusnita atau akrab dipanggil Rini S Bon Bon, meninggal dunia pada Minggu (10/7/2022).

"Innalillahi wainnailaihi rojiun. Allahuma firlahu wahamhu waafihi wafuanhu. Almarhumah Irni Yusnita (Rini S Bon Bon) Binti Suhandi semoga Allah ampuni segala dosa-dosanya diterima amal salehnya kebaikannya selama di dunia. Buat keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan, dikuatkan iman islamnya. Aamiin aamin ya robbal alaamiin," ucap kerabat dekat Rini, Qubil AJ, lewat sebuah pesan WhatsApp.

Ia meninggal di usianya yang masih menginjak 51 tahun, setelah menderita penyakit cukup lama.

Seperti diketahui, Rini sudah berjuang melawan penyakit diabetes selama 26 tahun. Selama itu pula, ia kerap bolak-balik mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Pada 2009, salah satu kakinya mengalami pembusukan dan nyaris diamputasi. Namun, atas semangatnya menjalani pengobatan, pada 2014 lalu kondisi Rini sempat dinyatakan membaik.

Bagaimana Diabetes Dapat Sebabkan Pembusukkan pada Kaki?

Dikutip dari Medical News Today, diabetes dapat terjadi ketika gula darah yang seharusnya diolah menjadi energi dalam tubuh, namun, tidak terbakar dengan baik. Alhasil, gula darah menumpuk di dalam aliran darah.

Apabila dibiarkan secara terus-menerus, kondisi tersebut dapat menyebabkan peredaran darah dalam tubuh menjadi terganggu. Dampaknya, kerusakan organ pun dapat terjadi.

Dalam beberapa kasus, diabetes dapat merusak saraf. Kerusakan ini kerap terjadi di ujung tangan dan kaki sehingga menyebabkan mati rasa pada bagian tersebut. 

Ilustrasi telapak kaki. (Special)

Kondisi ini membuat pengidap diabetes rentan mengalami cedera yang tidak disadari sehingga berisiko terinfeksi dan berkembang menjadi "gangrene".

Gangrene sendiri merupakan kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak mendapat pasokan darah yang cukup. Hal tersebut umumnya terjadi di jari kaki atau lengan, tetapi bisa menjalar lebih jauh apabila tidak segera ditangani.

Dampaknya, tak sedikit orang yang mengalami gangrene akibat diabetes harus diamputasi, baik bagian kaki maupun tangannya.

Apa Saja Gejala Diabetes pada Kaki?

Ilustrasi gejala diabetes. (Special)

Gejala kaki diabetes bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ini tergantung dari masalah spesifik yang dialami oleh orang tersebut.

Meski begitu, ada beberapa gejala kaki diabetes yang perlu diperhatikan, seperti berikut ini.

  • Kaki terasa kebas
  • Mati rasa
  • Tidak mengalami sakit saat terluka atau lecet
  • Perubahan warna kulit dan suhu di kaki
  • Muncul garis-garis berwarna merah
  • Rasa kesemutan yang menyakitkan.

Apabila infeksinya berkembang, seseorang mungkin juga akan mengalami demam, gemetar, dan peningkatan kadar gula darah yang cukup drastis.

Bagimana Cara Deteksi Kaki Diabetes?

Ilustrasi pemeriksaan diabetes. (Special)

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), ada dua potensi ancaman yang menyebabkan kaki harus diamputasi pada pengidap diabetes.

Pertama, ketika jaringan saraf di kaki rusak dan sensasi rasa sakit menjadi berkurang. Oleh sebab itu, kaki dapat terluka atau terpotong tanpa penderita menyadarinya.

Kedua, diabetes dapat mempersempit pembuluh arteri sehingga aliran darah ke kaki menjadi terhambat. Dampaknya, nutrisi yang dibawa oleh darah untuk jaringan di kaki terganggu sehingga luka jadi sulit untuk disembuhkan.

Maka dari itu, penderita diabetes wajib dan rutin melakukan pemeriksaan atau perawatan kaki. Bagian yang diperiksa adalah punggung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki, dan sela-sela jari.

Apabila luka kecil yang tersembunyi di bawah kaki telat terdeteksi dan berkembang menjadi lebih besar, ini dapat menyebabkan infeksi parah dan perlu tindakan amputasi.

Selain itu, sebagai pencegahan, ada baiknya pengidap diabetes mengendalikan gula darah dengan benar. Yaitu dengan rutin mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter dan mulai menerapkan pola hidup sehat.