Dukungan Pemerintah DKI Jakarta dalam Pelaksanaan Workshop Penelusuran ODHA LTFU

Rabu, 15 Desember 2021 | 13:29:00

Arfiah Ramadhanti

Penulis : Arfiah Ramadhanti

Dukungan Pemerintah Dki Jakarta Dalam Pelaksanaan Workshop Penelusuran Odha Ltfu

Bpk Askesra sebagai Wakil Ketua I KPAP DKI Jakarta dalam Workshop Penelusuran ODHA LTFU, Senin (13/12/2021). (Spesial)

Ladiestory.id Kebijakan menuju Eliminasi AIDS 2030 dikenal dengan Getting To Zero yaitu Zero New Infection, Zero AIDS Related Death dan Zero Discrimination. Namun banyak tantangan dalam penanggulangan HIV salah satunya adalah ODHIV belum paham manfaat terapi ARV sehingga tidak mengakses ARV, padahal obat ini harus diminum secara teratur dan seumur hidup sehingga menurunkan angka Lost to follow yang masih tinggi.

ODHIV yang loss to follow up (LTFU) atau berhenti/putus pengobatan ARV akan meningkatkan resistensi terhadap ARV, meningkatkan resiko untuk menularkan HIV pada orang lain, serta meningkatkan resiko kematian. Salah satu yang dapat dilakukan untuk memastikan peningkatan cakupan pengobatan ARV pada ODHA di wilayah DKI Jakarta adalah melakukan pelacakan/penelusuran (contact-tracing) bagi ODHA yang LTFU. Penelusuran LTFU memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong ODHIV memulai lagi untuk terapi ARV dan mempertahankan pasien menjalani terapi ARV.

Disamping itu dalam menjalani Terapi ARV, ODHIV juga banyak menghadapi tantangan seperti kejenuhan/bosan, merasa sehat, efek samping ARV, beralih ke pengobatan herbal, dukungan psikososial yang kurang, klien denail, stigma diskriminasi dan lain-lain. Tantangan tersebut kemudian diidentifikasi berdasarkan perspektif individu, interpersonal, masyarakat, layanan kesehatan, kebijakan dan perlindungan hukum.

Hasil capaian Fast Track tahun 2016 – 2020, (Desember 2020)padatarget90% kedua, yaitu ODHIV yang mengetahui statusnya dan mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 60.625, namun yang on ART hanya 27.847orangatau 42%. Salah satu cara memperoleh hasil 100% diperlukan dukungan psikososial dari orang-orang terdekat, sekaligus untuk mempengaruhi kepatuhan untuk berobat. Sedangkan faktor psikologis terpenting untuk mempengaruhi kepatuhan berobat pasien HIV AIDS adalah Self Efficacy (kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan).

Pendekatan ini perlu dilakukan dengan mengutamakan kebutuhan pasien (client-centered approach), serta memberikan dukungan kepatuhan bagi ODHA restart ARV sehingga meningkatkan cakupan retensi. Pendekatan secara efektif dilakukan dengan upaya pemberdayaan komunitas terdampak bekerja sama dengan layanan kesehatan setempat.

Untuk keberhasilan pengobatan ARV (on treatment), KPAP DKI Jakarta melakukan upaya peningkatan dukungan psikososial, dengan mengacu pada buku panduan yang dibuat tahun 2018 dan hasil penelusuran sebagai berikut :

  • Tahun 2018 hasil capaian sebanyak 458 ODHA LTFU, dan setelah ditelusuri ternyata 231 ODHA telah kembali minum ARV
  • Tahun 2019 hasil capaian sebanyak 556 ODHA, dan hasil penelusuran sebanyak 318 ODHA telah kembali minum ARV
  • Tahun 2020 dalam situasi PandemiCovid 19, KPAP tidak melaksanakan program penelusuran ODHA LTFU.

Tahun 2021KPA kembali melaksanakan penelusuran ODHA LTFU, dengan mengacu Strategi hilang dan tautkan kembali (SeHATI). Strategi ini untuk memastikan agar setiap ODHIV yang belum memulai ART, pasien yang terlambat berkunjung, alpa dan murni LTFU untuk segera ditindaklanjuti di fasilitas layanan kesehatan PDP (RS/ Puskesmas/Klinik) dengan penelusuran secara bertahap. Pendekatannya berfokus pada pasien yang mengutamakan kebutuhan, nilai-nilai pasien, dan memastikan nilai-nilai yang dianut pasien mendasari setiap keputusan dalam menangani situasi kesehatannya.

Hasil capaian pelaksanaan penelusuran ODHA LTFU KPAP DKI Jakarta Tahun 2021.Total yang ditelusuri :500 ODHIV LTFU dengan rincian (85 ODHIV Pindah Alamat/ Kota/ Domisili/ Pulang Kampung, 55 ODHIV Rujuk Keluar / Pindah Layanan, 137ODHIVMeninggal, 112 ODHIVTidakditemukan, 111 ODHIV LTFU DITEMUKAN (22%), 79ODHIV71 % yang di temukan bersedia minum ARV kembali - Restart ARV, 4 ODHIVbersedia dirujuk keFaskes, 28 ODHIV tidak kembali ke layanan dan tidak akses ARV, dengan berbagai alasan).

Workshop Pelaksanaan Penelusuran ODHA LTFUdilaksanakan oleh Bidang Dukungan dan LayananKomisi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta yang dibuka oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat selaku Wakil Ketua I KPAP DKI Jakarta melalui mekanisme daring/zoom meeting pada hari Senin tanggal13 Desember 2021 Pukul13.00 –selesai. Dalam acara tersebut narasumber yang dilibatkan antara lain :

  1. Inlicia Cutami, Mmed,Clinic sebagai Manager Klinik Angsa Merah
  2. Suryana, sebagai Koordinator Lapangan LSM Yayasan Karisma
  3. Marina Nurrahmani, M.PSi, Psikolog, sebagai Psikolog Klinis Puskesmas KramatJati
  4. Taufik Alief Fuad sebagai Kepala Bidang Dukungan dan Layanan KPAP DKI Jakarta

Dalam rangka mengeliminasi kegagalan pengobatan ARV untukpencapaian 90% ke dua, makadiperlukansinergi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas, dukunganpenguatan psikososial bagi ODHA mencapaikeberhasilanpengobatanmengakseslayanan ARV, sehingga dapat mewujudkan “Jakarta Sehat Terhindar Dari HIV dan AIDS serta Maju Kotanya Bahagia Warganya”.

Berbagai upaya dilakukan KPAP untuk memperkuat koordinasi program pencegahan dan penanggulangan HIV agar dapat dilaksanakan dengan baik dan bersinergi, berkolaborasi secara berkesinambungan,sehingga diharapkanprogram dapat diselesaikan secara kompehensif. Mari kita berkomitmen Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Solidaritas menuju Akhir Epidemi AIDS Tahun 2030.

Kebijakan menuju Eliminasi AIDS 2030 dikenal dengan Getting To Zero yaitu Zero New Infection, Zero AIDS Related Death dan Zero Discrimination. Namun banyak tantangan dalam penanggulangan HIV salah satunya adalah ODHIV belum paham manfaat terapi ARV sehingga tidak mengakses ARV, padahal obat ini harus diminum secara teratur dan seumur hidup sehingga menurunkan angka Lost to follow yang masih tinggi.

ODHIV yang loss to follow up (LTFU) atau berhenti/putus pengobatan ARV akan meningkatkan resistensi terhadap ARV, meningkatkan resiko untuk menularkan HIV pada orang lain, serta meningkatkan resiko kematian. Salah satu yang dapat dilakukan untuk memastikan peningkatan cakupan pengobatan ARV pada ODHA di wilayah DKI Jakarta adalah melakukan pelacakan/penelusuran (contact-tracing) bagi ODHA yang LTFU. Penelusuran LTFU memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong ODHIV memulai lagi untuk terapi ARV dan mempertahankan pasien menjalani terapi ARV.

Disamping itu dalam menjalani Terapi ARV, ODHIV juga banyak menghadapi tantangan seperti kejenuhan/bosan, merasa sehat, efek samping ARV, beralih ke pengobatan herbal, dukungan psikososial yang kurang, klien denail, stigma diskriminasi dan lain-lain. Tantangan tersebut kemudian diidentifikasi berdasarkan perspektif individu, interpersonal, masyarakat, layanan kesehatan, kebijakan dan perlindungan hukum.

Hasil capaian Fast Track tahun 2016 – 2020, (Desember 2020)padatarget90% kedua, yaitu ODHIV yang mengetahui statusnya dan mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 60.625, namun yang on ART hanya 27.847orangatau 42%. Salah satu cara memperoleh hasil 100% diperlukan dukungan psikososial dari orang-orang terdekat, sekaligus untuk mempengaruhi kepatuhan untuk berobat. Sedangkan faktor psikologis terpenting untuk mempengaruhi kepatuhan berobat pasien HIV AIDS adalah Self Efficacy (kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan).

Pendekatan ini perlu dilakukan dengan mengutamakan kebutuhan pasien (client-centered approach), serta memberikan dukungan kepatuhan bagi ODHA restart ARV sehingga meningkatkan cakupan retensi. Pendekatan secara efektif dilakukan dengan upaya pemberdayaan komunitas terdampak bekerja sama dengan layanan kesehatan setempat.

Untuk keberhasilan pengobatan ARV (on treatment), KPAP DKI Jakarta melakukan upaya peningkatan dukungan psikososial, dengan mengacu pada buku panduan yang dibuat tahun 2018 dan hasil penelusuran sebagai berikut :

  • Tahun 2018hasil capaian sebanyak 458 ODHA LTFU, dan setelah ditelusuri ternyata 231 ODHA telah kembali minum ARV
  • Tahun 2019 hasil capaian sebanyak 556 ODHA, dan hasil penelusuran sebanyak 318 ODHA telah kembali minum ARV
  • Tahun 2020 dalam situasi PandemiCovid 19, KPAP tidak melaksanakan program penelusuran ODHA LTFU.

Tahun 2021KPA kembali melaksanakan penelusuran ODHA LTFU, dengan mengacu Strategi hilang dan tautkan kembali (SeHATI). Strategi ini untuk memastikan agar setiap ODHIV yang belum memulai ART, pasien yang terlambat berkunjung, alpa dan murni LTFU untuk segera ditindaklanjuti di fasilitas layanan kesehatan PDP (RS/ Puskesmas/Klinik) dengan penelusuran secara bertahap. Pendekatannya berfokus pada pasien yang mengutamakan kebutuhan, nilai-nilai pasien, dan memastikan nilai-nilai yang dianut pasien mendasari setiap keputusan dalam menangani situasi kesehatannya.

Hasil capaian pelaksanaan penelusuran ODHA LTFU KPAP DKI Jakarta Tahun 2021.Total yang ditelusuri :500 ODHIV LTFU dengan rincian (85 ODHIV Pindah Alamat/ Kota/ Domisili/ Pulang Kampung, 55 ODHIV Rujuk Keluar / Pindah Layanan, 137ODHIVMeninggal, 112 ODHIVTidakditemukan, 111 ODHIV LTFU DITEMUKAN (22%), 79ODHIV71 % yang di temukan bersedia minum ARV kembali - Restart ARV, 4 ODHIVbersedia dirujuk keFaskes, 28 ODHIV tidak kembali ke layanan dan tidak akses ARV, dengan berbagai alasan).

Workshop Pelaksanaan Penelusuran ODHA LTFUdilaksanakan oleh Bidang Dukungan dan LayananKomisi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta yang dibuka oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat selaku Wakil Ketua I KPAP DKI Jakarta melalui mekanisme daring/zoom meeting pada hari Senin tanggal13 Desember 2021 Pukul13.00 –selesai. Dalam acara tersebut narasumber yang dilibatkan antara lain :

  1. Inlicia Cutami, Mmed,Clinic sebagai Manager Klinik Angsa Merah
  2. Suryana, sebagai Koordinator Lapangan LSM Yayasan Karisma
  3. Marina Nurrahmani, M.PSi, Psikolog, sebagai Psikolog Klinis Puskesmas KramatJati
  4. Taufik Alief Fuad sebagai Kepala Bidang Dukungan dan Layanan KPAP DKI Jakarta

Dalam rangka mengeliminasi kegagalan pengobatan ARV untukpencapaian 90% ke dua, maka diperlukan sinergi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas, dukungan penguatan psikososial bagi ODHA mencapaikeberhasilanpengobatanmengakseslayanan ARV, sehingga dapat mewujudkan “Jakarta Sehat Terhindar Dari HIV dan AIDS serta Maju Kotanya Bahagia Warganya”.

Berbagai upaya dilakukan KPAP untuk memperkuat koordinasi program pencegahan dan penanggulangan HIV agar dapat dilaksanakan dengan baik dan bersinergi, berkolaborasi secara berkesinambungan,sehingga diharapkan program dapat diselesaikan secara kompehensif. Mari kita berkomitmen Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Solidaritas menuju Akhir Epidemi AIDS Tahun 2030.