Ketahui 5 Gejala Demensia Frontotemporal, Penyakit yang Diderita Bruce Willis

Rabu, 22 Februari 2023 | 00:01:00

Anisah Chamalia

Penulis : Anisah Chamalia

Ketahui 5 Gejala Demensia Frontotemporal, Penyakit Yang Diderita Bruce Willis

Bruce Willis. (Spesial)

Ladiestory.id - Aktor kenamaan Hollywood Bruce Willis tengah menjadi perbincangan publik. Hal ini lantaran dirinya diketahui telah memutuskan untuk pensiun dari dunia hiburan. Ia didiagnosa mengidap afasia. Namun,  kini Bruce Willis didiagnosis secara lebih spesifik mengidap demensia frontotemporal (FTD). PIhak keluarga pun mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dari para penggemar untuk aktor film “Die Hard” tersebut.

Demensia Frontotemporal (FTD) sendiri merupakan sebuah gangguan yang disebabkan hilangnya sel saraf secara progresif pada bagian lobus frontal otak yang berada di area belakang dahi atau lobus temporal terletak di belakang telinga.

Gangguan ini menyebabkan berbagai permasalah pada perilaku hingga kemampuan bahasa penderitanya. Sayangnya, tak banyak orang yang mengetahui beberapa gejala dari penyakit satu ini. Nah, untuk lebih jelasnya. Yuk, simak pe,bahasanya berikut ini.

Perubahan Perilaku dan Kepribadian

Ilustrasi Anak dan Orang Tua Berselisih. (Special)

Bagi penderita Demensia Frontotemporal, gejala yang paling umum dialami yaitu adanya perubahan perilaku dan kepribadian yang cukup ekstrim. Misalnya, kehilangan empati serta simpati kepada orang lain, mengalami perilaku kompulsif yang berulang, kehilangan minat terhadap sesuatu yang disukai, terjadi perubahan pada pola makan menjadi berlebihan, sering melakukan tindakan berbahaya seperti memasukkan benda ke dalam mulut, hingga hilangnya kepedulian terhadap kebersihan diri.

Alami Permasalahan Bahasa

Ilustrasi orang tua alami kecemasan. (Special)

Gejala kedua penderita Demensia Frontotemporal yang dialami yaitu mengalami permasalah bahasa. Gejala ini juga mengacu pada kemampuan komunikasi seseorang. Beberapa contoh permasalahannya seperti, sering terbata-bata ketika mengucapkan sebuah kalimat, mengalami permasalahan kosakata dalam komunikasi sehari-hari, kesulitan untuk menggunakan atau memahami bahasa tulisan maupun lisan, menurunnya kemampuan dalam menemukan susunan kalimat atau kata yang tepat untuk mengatakan sesuatu.

Selain itu, penderita Demensia Frontotemporal juga akan mengalami cara bicara yang lambat, kesulitan dalam membuat suara yang tepat ketika bicara hingga mengalami berbagai permasalahan untuk berkomunikasi dalam kesehariannya. 

Kesulitan dalam Mengontrol Mental

Ilustrasi sakit. (Special)

Gejala selanjutnya yang diderita seseorang dengan Demensia Frontotemporal yaitu kesulitan dalam mengontrol mental. Hal ini lebih mengacu pada kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menjadi pribadi yang mudah untuk terlihkan, kesulitan dalam melakukan perencanaan maupun pengorganisasian. Gejala semacam ini akan membuat penderita kesulitan dalam mengerjakan tugas yang sulit seperti menyiapkan makanan atau mencuci pakaian. 

Terkendala Pengaturan Memori

Ilustrasi perempuan lupa. (Special)

Penderita Demensia Frontotemporal juga mengalami gejala seperti terkendala pengaturan memori. Pada kondisi seperti ini, penderita akan mengalami berbagai permasalahan di kemudian hari. Meski serupa dengan Alzheimer, nyatanya Demensia Frontotemporal merupakan gangguan yang berbeda. Penderita akan mengalami sering lupa, kepikunan, hingga hilangnya ingatan secara perlahan. Seiring berjalannya waktu, gejala semacam ini terkadang membuat penderita menjadi mudah frustasi hingga mudah marah. 

Alami Perubahan Fisik

Ilustrasi sakit. (Special) 

Selain berkaitan dengan kemampuan diri, penderita Demensia Frontotemporal juga akan mengalami perubahan fisik. Beberapa di antaranya seperti gerakan tubuh berubah menjadi lambat dan kaku, kehilangan kemampuan dalam mengontrol kandung kemih (tidak mengetahui waktu buang air kecil), kesulitan otot dalam bekerja seperti mengakibatkan kesulitan ketika mengunyah maupun menelan makanan. 

Meski telah diketahui, beberapa gejala umum dari Demensia Frontotemporal. Sayangnya, penyebab dari gangguan satu ini belum diketahui secara pasti. Namun, kebanyakan penderita menunjukkan hasil pencitraan berupa adanya penyusutan pada ukuran lobus frontal dan temporal otak. Selain itu, bisa juga disebabkan adanya penumpukan zat tertentu di area otak. Semoga informasi di atas dapat membantu kamu untuk mendeteksi dengan segera jika orang terdekat mengalami hal serupa. Tetap waspada dan salam sehat, Ladies!