Implementasi Program Konservasi Orangutan, Turunkan Potensi Konflik dengan Manusia

Rabu, 25 Mei 2022 | 12:30:00

Astri Supriyati

Penulis : Astri Supriyati

Implementasi Program Konservasi Orangutan, Turunkan Potensi Konflik Dengan Manusia

Ilustrasi orangutan. (Special)

Ladiestory.id - Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang dikaruniai alam subur dan memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Pulau tersebut memiliki iklim dan kondisi tepat untuk tanaman kelapa sawit, sekaligus merupakan rumah bagi satwa yang dilindungi, yaitu orangutan. 

Namun, tak jarang timbul konflik antara manusia dengan orangutan. Untuk itu, PT Teladan Prima Agro Tbk (TPA) yang memiliki lahan konsesi 60.500 hektare (Ha) di Kalimantan Timur, bekerja sama dengan Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) sejak 2012.

Ecositrop adalah sebuah lembaga penelitian konservasi ekosistem hutan tropis yang berkantor pusat di Kalimantan Timur, dan telah melakukan kajian konservasi di berbagai kawasan multifungsi di Kalimantan selama hampir 15 tahun. Lembaga ini membantu pengelolaan dan pemantauan konservasi keanekaragaman hayati secara in-situ, atau di dalam kawasan lindung, dan di dalam konsesi perusahaan. 

TPA bekerja sama dengan Ecositrop, BKSDA, Balitek KSDA, dan Balai Diklat Kehutanan, serta Universitas Mulawarman, untuk mengembangkan sistem konservasi terpadu melalui “Rencana Aksi Konservasi Orangutan dan Upaya Strategis Penyelamatan Orangutan di Perkebunan Kelapa Sawit.”

Program konservasi ini berfokus pada empat aspek utama, yaitu:

  1. Menyiapkan ruang untuk konservasi in-situ dengan membangun konektivitas kawasan melalui koridor dan penyediaan areal bernilai konservasi tinggi;
  2. Mengedukasi masyarakat tentang konservasi dan penanganan potensi konflik antara orangutan dengan manusia;
  3. Mengedukasi seluruh bagian karyawan dan manajemen perusahaan terkait hubungannya dengan dukungan implementasi program;
  4. Membangun sistem Best Management Practice (BMP) dan Conservation Management Plan (CMP) untuk menjadi panduan bersama dalam implementasi konservasi di tingkat lapangan.

Yaya Rayadin selaku Koordinator Ecositrop mengatakan, pihaknya melakukan pendekatan berdasarkan gagasan bahwa jika sebuah konsesi telah dilakukan survei dan dipelajari dengan benar, dengan memasukkan kegiatan konservasi orangutan di dalam perencanaan penanaman, maka upaya konservasi dan pengendalian konflik orangutan di dalam konsesi akan lebih mudah diimplementasikan.

“Membangun model konservasi secara in-situ dan prinsip konektivitas kawasan sangat penting dalam aksi penyelamatan orangutan TPA, demi memastikan orangutan terlindungi di habitatnya, serta tersedianya potensi pakan yang terpenuhi dengan baik,” ujar Yaya, dikutip dari siaran pers, Rabu (25/5/2022).

Data TPA mengklaim sejak implementasi konservasi terpadu diterapkan pada 2012, terlihat bahwa orangutan sudah dapat hidup berdampingan dengan pekerja dan masyarakat setempat.  Bahkan, potensi konflik antara orangutan dan manusia menurun hingga 98,5 persen dalam lima tahun terakhir, yakni pada 2017 hingga 2021.

“Penurunan potensi konflik ini merupakan buah dari perjalanan panjang upaya implementasi konservasi terpadu TPA yang melibatkan semua pihak terkait. Ketersediaan areal konservasi dan koridor-koridor di area konsesi sangat penting, yang memungkinkan orangutan yang masuk ke perkebunan untuk dapat kembali lagi ke hutan tempat tinggalnya,” ujar Wishnu Wardhana, Direktur Utama TPA.