Tak Cukup Vaksinasi, Kelompok Rentan Butuh Perlindungan Tambahan untuk Cegah Covid-19

Sabtu, 26 November 2022 | 17:30:00

Astri Supriyati

Penulis : Astri Supriyati

Tak Cukup Vaksinasi, Kelompok Rentan Butuh Perlindungan Tambahan Untuk Cegah Covid-19

Ilustrasi mendapatkan vaksin Covid-19. (Special)

Ladiestory.id - Setelah tiga tahun pandemik, masalah Covid-19 belum sepenuhnya selesai. Pasalnya, masih ada kelompok masyarakat yang membutuhkan perlindungan tambahan, yaitu kelompok rentan yang berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 parah. 

Kelompok rentan adalah mereka yang memiliki sistem imun yang lemah, sehingga mereka  memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi dibanding populasi sehat. Gangguan pada sistem imun dapat menyebabkan peningkatan beban penyakit dari Covid-19 pada kelompok ini. Respons vaksinasi kelompok rentan dan populasi sehat atau imunokompeten pun terdapat perbedaan.

Pada populasi sehat, efektivitas vaksin Covid-19 terhadap kejadian rawat inap terlihat lebih baik dan stabil dari waktu ke waktu. Sementara, pada populasi kelompok rentan, secara umum terlihat efektivitasnya lebih rendah dibandingkan populasi sehat. 

Di atas bulan ketujuh setelah vaksinasi, efektivitas vaksin pada populasi ini ditemukan kurang dari 70 persen. Bahkan, setelah diberikan vaksin dosis ketiga, efektivitasnya tidak bisa menyamai populasi sehat. 

Sehingga, mereka tiga kali lebih berisiko dirawat inap dan berisiko membutuhkan perawatan yang lebih intensif di ICU. Selain itu, kemungkinan kematian pada populasi ini juga jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 2 kali lipat

Kelompok rentan ini memiliki risiko untuk terus menerus terinfeksi oleh virus Covid-19 dalam waktu yang lama. Replikasi virus yang terus menerus dan berkelanjutan ini dapat menyebabkan terjadi mutasi pada virus Covid-19 tersebut. 

Webinar Lindungi yang Rentan dari Covid-19. (Special)

Sistem prokes dan vaksinasi booster adalah 2 garda utama yang dapat melindungi individu dari infeksi Covid-19, namun untuk kelompok rentan dikarenakan kondisi mereka, mereka memerlukan modalitas atau opsi lain seperti terapi imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal,” tutur Iris Rengganis, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI), dikutip dari siaran pers, Sabtu (26/11/2022).

Untuk terlindungi dari Covid-19, selain menggunakan vaksin yang secara aktif dapat merangsang sistem imun untuk pembentukan antibodi, pada populasi tertentu, terdapat terapi imunisasi pasif, seperti antibodi monoklonal, yang mungkin dapat menjadi salah satu opsi bagi kelompok tersebut untuk mendapatkan proteksi khusus terhadap Covid-19.

Antibodi Monoklonal (mAbs) merupakan suatu protein yang dibuat di Laboratorium yang bertindak seperti antibodi manusia pada umumnya dalam sistem kekebalan tubuh.

Antibodi Monoklonal (mAbs) Anti-SARS-COV-2 yang menargetkan Spike Protein Virus Covid-19 menunjukkan manfaat klinis sebagai pencegahan (Pre-exposure Prohylaxis/PrEP) untuk Infeksi SARS-CoV-2. Antibodi Monoklonal mengikat S protein dari Virus COVID-19, sehingga mencegah virus untuk masuk ke dalam sel tubuh lainnya.