Limbah Masker dari Pandemi Dapat Diolah Jadi Bahan Bakar Alternatif Baru

Rabu, 19 Oktober 2022 | 22:00:00

Diana Rahmawati

Penulis : Diana Rahmawati

Limbah Masker Dari Pandemi Dapat Diolah Jadi Bahan Bakar Alternatif Baru

Limbah masker. (Special)

Ladiestory.id - Kimberly-Clark Softex kembali mengumumkan kerja sama strategis dengan komunitas jasa pengelolaan sampah, yaitu Bank Sampah Bersinar (BSB) untuk pengelolaan limbah masker. Kimberly-Clark Softex dan BSB telah mendaur ulang 979 kg limbah masker menjadi minyak mentah selama delapan bulan terakhir.

Kolaborasi ini dimulai dengan tujuan untuk mencapai komitmen perusahaan untuk meninggalkan jejak lingkungan terendah dan membuka peluang finansial bagi komunitas setempat.

“Sebagai salah satu pemimpin produsen produk perawatan pribadi di Indonesia, kami berusaha untuk terus menghasilkan produk berkualitas tinggi guna membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan meninggalkan jejak lingkungan seminimal mungkin," jelas Kadir Gunduz, Presiden Direktur Kimberly-Clark Softex.

"Kami bertujuan untuk membawa dampak yang besar bagi masyarakat dan berfokus pada pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan salah satu upaya kami sebagai produsen masker melalui brand Softies untuk menciptakan planet yang lebih baik dengan mendaur ulang limbah produk kami,” sambungnya.

Hasil riset Institut Teknologi Bandung pada 2021 menunjukkan, estimasi jumlah limbah masker yang berasal dari sampah rumah tangga di Bandung mencapai 3,89 ton per hari atau setara dengan 1.421,44 ton per tahun.

Walau penggunaan masker berperan penting dalam pencegahan penyebaran virus Covid-19 dan penyakit lainnya, namun peningkatan jumlah limbah masker yang tidak dapat terurai meningkatkan kekhawatiran global akan dampaknya terhadap ekosistem darat dan laut.

Oleh karena itu, sistem pengelolaan limbah masker yang holistik melalui daur ulang produk sangat dibutuhkan. Jika Bandung dapat mendaur ulang 100 persen masker bekas pakai, limbah ini dapat diubah menjadi 970 kg minyak mentah per hari atau lebih dari 354 ton per tahun.

Hasil itu cukup untuk menggantikan 0,220 persen dari total konsumsi bahan bakar minyak di Bandung sebagai kota metropolitan. Hasil riset dari Universitas Semarang menunjukkan, total rata-rata kebutuhan bahan bakar minyak pada kota metropolitan mencapai 455.382 kilo liter per tahun.

Kolaborasi antara Kimberly-Clark Softex dengan BSB berusaha untuk mengatasi permasalahan dampak negatif terhadap lingkungan dari limbah masker dengan mengimplementasi sistem pengelolaan yang efektif. BSB mengelola pengumpulan, pemisahan, dan daur ulang sampah masker di area Bandung.

Dalam kurun waktu delapan bulan, Kimberly-Clark Softex telah mendaur ulang sebanyak 979 kg limbah sampah. Setiap 4 kg sampah dapat didaur ulang menjadi 0.5 kg minyak mentah yang kemudian dapat diproses menjadi bensin atau diesel nabati (green gasoline and diesel).

Selain pengelolaan daur ulang sampah, program ini juga memberikan edukasi tentang pemilahan sampah dan membuka peluang finansial tambahan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam proses pengelolaan limbah.

“Bank Sampah Bersinar pada dasarnya adalah komunitas yang berfokus pada edukasi, inovasi, dan pengelolaan limbah. Kami bangga dapat menjadi partner Kimberly-Clark Softex untuk mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang mumpuni. Kami berharap kolaborasi ini dapat berlanjut dan mencakup area yang lebih luas guna mengurangi polusi sampah dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat,” ujar Febriyanti, perwakilan dari Bank Sampah Bersinar.

Sebelum ini, Kimberly-Clark Softex juga telah menjalankan inisiatif pengelolaan limbah popok. Perusahaan mendaur ulang lebih dari 150-metrik ton limbah popok menjadi Refused Plastic Fuel (RFP), pupuk, bata ringan, minyak mentah, kertas, dan berbagai kerajinan tangan.

Seluruh inisiatif ini berkesinambungan dengan komitmen perusahaan untuk mewujudkan tiga tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Menjaga Ekosistem Laut, dan Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, guna mengatasi tantangan sosial dan lingkungan demi mencapai pembangunan berkelanjutan yang merata.