Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Menyerang Tengkorak Kepala

Kamis, 21 Juli 2022 | 14:48:00

Ananda Rizki

Penulis : Ananda Rizki

Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Yang Menyerang Tengkorak Kepala

Gambar penyakit Empty Sella Syndrome (mountsinai.org)

Ladiestory.id - Belakangan ini, nama salah satu penyakit, Empty Sella Syndrome sedang menjadi perbincangan di berbagai media Indonesia. Penyakit ini pun mulai banyak dicari di mesin pencari oleh banyak orang.  

Hal ini disebabkan karena salah satu artis besar Indonesia, yaitu Ruben Onsu, divonis oleh dokter mengidap salah satu penyakit yang cukup langka ini. Berita ini juga sempat menjadi obrolan publik karena Ruben tiba-tiba dikabarkan dilarikan ke ICU rumah sakit pada sekitar awal bulan Juni lalu.  

Ia pun sempat menerima perawatan selama beberapa hari di rumah sakit tersebut sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. Ruben pun membagikan ceritanya mengenai kabar dirinya yang masuk ICU. Ia mendapatkan tindakan MRI saat tengah berada di rumah sakit. Dari tindakan tersebutlah suami dari Sarwendah ini dikonfirmasi mengidap penyakit Empty Sella Syndrom (ESS). 

Mendengar nama penyakit itu pun, banyak warganet yang bertanya-tanya, apa itu Empty Sella Syndrom?  

Nah, Ladiestory akan memberi ulasan terkait Empty Sella Syndrome dan apa saja yang menjadi gejalanya. Yuk, kita simak!

Gambar Penyakit Empty Sella Syndrome (researchgate.net)

 

Empty Sella Syndrome dan Gejalanya 

Empty Sella Syndrome adalah sebuah penyakit yang menyerang kepala, lebih tepatnya di tengkorak kepala. Dilansir dari laman NORD Rarediseases, penyakit satu ini adalah kelainan langka pada struktur di tengkorak yang ditandai dengan malformasi atau pembesaran yang dikenal dengan sella turcica.  

Adapun sella turcica ini adalah sebuah lekukan yang berbentuk seperti pelana dan terletak di tulang dasar tengkorak, di mana di bagian tersebut terdapat kelenjar pituitary.  

Dalam kasus ESS ini, sella turcica telah terisi penuh oleh cairan cerebrospinal dan kelenjar pituitary-nya terlihat sangat kecil di dasar sella tersebut atau bahkan kelenjar tersebut bisa tidak ada (bagian sella benar-benar kosong).  

Kebanyakan dari mereka yang mengidap penyakit ini tidak mendapatkan gejala yang sangat signifikan. Penyakit langka satu ini pun terbagi menjadi dua, yaitu Empty Sella Syndrom Primer dan Empty Sella Syndrome Sekuler.  

Dilansir dari laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), ESS primer terjadi ketika ada cacat anatomi kecil di atas kelenjar pituitary dan memungkinkan cairan tulang belakang untuk mengisi sebagian atau bahkan sepenuhnya dari sella turcica. Seseorang yang mengidap ESS primer mungkin memiliki kadar hormon prolaktin yang tinggi, hal tersebut dapat mengganggu fungsi normal dari testis dan juga ovarium.  

Jenis ESS satu ini sering terjadi pada orang dewasa dan juga wanita, bahkan sering dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi.  

Sedangkan ESS Sekunder biasanya terjadi karena ada kondisi tertentu yang mendasarinya, seperti karena cedera, pendarahan ataupun terapi radiasi.  

Seseorang dengan ESS sekunder ini ada kalanya terlihat seperti memiliki gejala yang menggambarkan hilangnya fungsi kelenjar pituitary, seperti berhentinya periode menstruasi, infertitlitas, kelelahan, dan intoleransi pada stress dan infeksi. 

Apabila ESS sekunder ini terjadi pada anak-anak, dapat dikaitkan dengan pubertas dini, defisiensi pertumbuhan hormon, ataupun disfungsi kelenjar pituitary.  

ESS sendiri baru bisa diketahui ketika melakukan MRI atau tes radiologi untuk gangguan pituitary.  

Seperti yang sudah dijelaskan sedikit di atas, gejala dari penyakit langka yang menyerang tengkorak kepala ini macam-macam. Gejala yang dialami tergantung pada apa penyebab yang mendasarinya. Banyak kasus yang terjadi, penyakit ini baru terdeteksi secara tidak sengaja, seperti saat melakukan CT scan ataupun MRI.  

Biasanya, sakit kepala yang kronis dapat dikatakan merupakan salah satu tanda yang paling khas dari adanya penyakit ESS ini. Banyak dari mereka yang juga mengidap hipertensi ketika didiagonisis mengidap ESS, namun pada kasus yang cukup parah juga dapat menyebabkan sakit kepala.  

Ketika mengidap ESS sekunder, biasanya lebih mempengaruhi ke penglihatan dan juga penurunan fungsi dari kelenjar pituitary.  

Seperti yang dialami oleh Ruben Onsu, ia mengatakan bahwa gejala yang dialami hanya tidak bisa terlalu lama berada di tempat dengan suhu ruangan yang dingin karena akan merasakan sakit kepala, serta gangguan pada penglihatannya. Oleh karena itu, pelawak satu ini pun sering menggunakan obat tetes mata ketika sedang berkerja.  

Itulah sekilas penjelasan mengenai penyakit langka Empty Sella Syndrome dan juga gejalanya. Mari kita mulai dengan hidup sehat. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan selalu dijauhkan dari segala macam penyakit. Stay safe everyone!