Orang Tua Stop Bertengkar di Depan Anak, Ini Dampaknya bagi Mental Anak

Kamis, 8 April 2021 | 14:10:02

LS Parenting

Penulis : LS Parenting

Orang Tua Stop Bertengkar Di Depan Anak, Ini Dampaknya Bagi Mental Anak

Menjalani tugas dan peran sebagai orang tua tidaklah mudah serta selalu berjalan mulus. Bukan sekadar mengasuh dan mendidik anak, orang tua juga harus menjadi teladan bagi si buah hati. Namun, dalam menjalani peran ini, tak jarang ayah dan bunda dihadapkan dengan perdebatan dan pertengkaran yang sulit dihindari. 

Sebetulnya, perdebatan dalam hubungan rumah tangga merupakan hal wajar. Meski demikian, sebaiknya tidak bertengkar atau beradu argumen di depan anak. Pasalnya, bertengkar di depan anak tidak hanya mengganggu tumbuh kembangnya, tapi juga meninggalkan beberapa luka emosional permanen. 

Karena itu, sebagai orang tua yang bertanggung jawab, perlu memahami dampak buruk tersebut dan mempertimbangkannya. Nah, berikut ini tujuh dampak buruk orang tua yang bertengkar di depan anak dilansir dari laman parenting.firstcry.com. 

Merasa Tidak Aman 

Rumah adalah surga dan tempat perhatian bagi anak-anak. Pertengkaran orang tua di depan anak-anak menghasilkan kekacauan dan ketegangan yang membuat anak ketakutan, cemas, juga tidak berdaya. Perasaan tidak aman ini bisa bertahan seumur hidup mereka. 

Timbul Perasaan Bersalah dan Malu

Anak-anak sering kali percaya bahwa mereka adalah penyebab pertengkaran orang tua yang akhirnya membuat anak merasa bersalah serta malu. Hal ini juga bisa membuat mereka tertekan secara emosional.

Rendah Diri

Rasa tidak aman, bersalah, serta malu dapat membuat si kecil merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Hal ini pada gilirannya menimbulkan sikap rendah diri yang bisa berdampak permanen serta merusak hubungan pribadi dan profesional jangka panjang. 

Stres tentang Memihak Siapa 

Umumnya, anak-anak ingin menyenangkan kedua orang tua mereka. Namun, tekanan untuk memihak salah satu pihak dalam suatu konflik dapat membuat mereka stres. Mereka mungkin tidak memahami dasar konflik dan memihak kepada siapa. 

Penting dicatat bahwa sering kali tekanan untuk memihak itu berasal dari orang tua sendiri. Tentu hal ini sangat disayangkan. Anak-anak seharusnya tidak pernah dijadikan poin argumen. Mereka juga tidak boleh ditarik ke dalam sebuah argumen dan diminta untuk memihak. 

Mencontoh yang Salah 

Bagi anak-anak, orang tua adalah teladan pertama, terbesar, dan paling berpengaruh. Anak menyerap semua yang mereka lihat atau lakukan dari orang tua. Sebagai contoh, jika kita menggunakan komunikasi yang tidak sehat di depan anak-anak, mereka akan tumbuh menjadi komunikator yang buruk. Ini tidak hanya akan mempengaruhi hubungan pribadi mereka, tetapi juga dengan teman-teman mereka. 

Masalah Akademik dan Kesehatan Buruk

Anak-anak yang menyaksikan pertengkaran kronis orang tua mereka akan sulit berkonsentrasi pada tugas-tugas yang ada, yang akhirnya berdampak buruk pada akademis mereka. Tak hanya itu, pikiran yang terlalu banyak bekerja juga dapat membuka jalan menuju penyakit fisik dan penyakit kronis. 

Sebuah tinjauan yang dilakukan UCLA terhadap hampir 50 makalah penelitian menyimpulkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam rumah yang berkonflik berisiko lebih mungkin melaporkan masalah kesehatan fisik yang dialami orang dewasa seperti gangguan pembuluh darah dan gangguan kekebalan. 

Gangguan Mental dan Perilaku

Pertengkaran dan pertengkaran membebani pikiran dan membuat pikiran terkuras. Efek ini lebih terasa pada anak-anak karena pikiran mereka tidak memiliki mekanisme koping yang kuat. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan tidak stabil atau terus menyaksikan pertengkaran orang tua diketahui mengembangkan masalah perilaku. 

Misalnya, anak menjadi tidak stabil dan cenderung berperilaku sembrono seperti terlibat perkelahian di sekolah serta pembuat onar. Bisa pula menarik diri dan menjadi sangat tertutup, bahkan menghindari pergaulan normal. 

Dalam kasus yang lebih parah, mereka dapat mengembangkan gangguan mental seperti gangguan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Ketika dewasa, kemungkinan mereka lebih rentan terlibat penyalahgunaan obat-obatan terlarang.