Perhatikan, Gejala Lain dari Covid-19 Yang Mungkin Tak Kita Sadari

Senin, 31 Agustus 2020 | 11:48:37

LS Health

Penulis : LS Health

Perhatikan, Gejala Lain Dari Covid-19 Yang Mungkin Tak Kita Sadari

Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya.

Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:

Gejala Infeksi Coronavirus  

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona 

Kehilangan Indera Perasa dan Penciuman

Kehilangan indera perasa dan penciuman dapat menjadi petunjuk bahwa seseorang mungkin terkena Covid-19. Kehilangan indera perasa dan penciuman dalam kasus Covid-19 bisa bersifat sementara seperti yang terjadi pada kasus pilek, flu, atau infeksi sinus. Beberapa ahli mengatakan sebagian pasien Covid-19 dapat mengalami kehilangan indera perasa dan penciuman hingga berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Rambut Rontok tanpa Sebab

Belum ada studi berskala besar yang dilakukan terkait hubungan rambut rontok dan Covid-19. Akan tetapi, banyak pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh mengeluhkan gejala rambut rontok ini. Aktris Alyssa Milano misalnya, telah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Akan tetapi, Alyssa masih mengalami gejala rambut rontok selama berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh. Pada awal Alyssa sempat berbagi video kerontokan rambutnya di Instagram pada awal Agustus lalu.

Terkadang Sesak Napas

Hasil penelitian dalam jurnal JAMA menemukan bahwa keluhan sesak napas masih bisa dirasakan oleh orang-orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Belum diketahui berapa lama keluhan ini bisa berlangsung. Akan tetapi, sebagian menilai keluhan ini bisa muncul karena inflamasi yang menetap di paru-paru akibat Covid-19. "Ini salah satu efek yang diketahui tetap tertinggal pada orang-orang yang pernah terdiagnosis dengan Covid-19," ujar Spesialis penyakit menular dan profesor dari Vanderbilt University School of Medicine William Schaffner MD.

Batuk yang tak Kunjung Hilang

Studi dalam JAMA menunjukkan bahwa orang yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala batuk yang tak kunjung hilang. Batuk yang dialami seringkali kering, tanpa disertai dahak. Data menunjukkan bahwa 43 persen orang yang telah sembuh dari Covid-19 masih mengalami batuk. Batuk ini dapat berlangsung 14-21 hari sejak seseorang dinyatakan positif Covid-19.

Merasa Sangat Lelah

Dampak yang paling banyak dirasakan setelah seseorang terkena Covid-19 adalah rasa lelah, menurut studi dalam JAMA. Sekitar 53 persen pasien mengeluhkan rasa lelah yang berlanjut selama kurang lebih 60 hari setelah gejala pertama Covid-19 muncul. "Kami menemukan orang-orang yang bergejala ringan, yang mengalami kelelahan selama beberapa waktu," kata ahli penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security Amesh A Adalja MD. Belum diketahui kenapa gejala ini dialami pasien Covid-19. Rasa lelah mungkin muncul sebagai bentuk reaksis sistem imun terahdap virus. Ada juga menilai rasa lelah bisa saja muncul karena disebabkan oleh virus penyebab Covid-19.

Gejala tak Biasa yang Berlangsung Lama

Covid-19 merupakan penyakit baru, sehingga dokter dan ilmuwan masih terus mempelajari penyakit ini. Dampak-dampak menetap akibat penyakit ini masih terus dipelajari. Sebagian orang diketahui mengalami masalah jantung setelah terkena Covid-19. Studi berskala kecil dalam JAMA Cardiology menunjukkan bahwa sekitar 78 persen mantan pasien memiliki kondisi jantung yang abnormal. Salah satu di antaranya adalah debaran jantung yang acak. Kondisi jantung yang abnormal ini tampak tidak berkaitan dengan tingkat keparahan Covid-19.

Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil, serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus ini. Selain itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di Amerika Serikat, infeksi virus corona lebih umum terjadi pada musim gugur dan musim dingin. 

Sumber Foto Utama: Freepik.com