5 Perilaku yang Bisa Menghambat Kreativitas Anak

Selasa, 19 April 2022 | 00:01:00

Prisca Devina

Penulis : Prisca Devina

5 Perilaku Yang Bisa Menghambat Kreativitas Anak

Ilustrasi anak bermain. (Special)

Ladiestory.id - Sebagai orang tua, Kamu pasti menginginkan anak memiliki sifat dan karakter yang baik, salah satunya dengan memiliki kreativitas. Tujuan dari hal ini biasanya akan terlihat saat dia sudah mulai beranjak dewasa. Ia akan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan menemukan ide-ide baru yang dibutuhkan.

Banyak hal yang harus diperhatikan orang tua dalam menumbuhkan kreativitas dalam diri seorang anak. Namun, bagaimana jika tanpa disadari justru Kamu sendiri yang menghambat kreativitas dalam diri anak? Supaya Kamu bisa menghindari hal tersebut, perhatikan beberapa hal berikut ini.

Terlalu Banyak Mainan

Ilustrasi anak bermain. (Special)

Hal pertama yang wajib diperhatikan orang tua adalah mainan. Ketika anak masih berusia dini, orang tua cenderung memberikan mainan kepada anak untuk bermain-main. Banyak mainan tentu membuat anak menjadi senang dan dapat bermain berbagai jenis permainan.

Namun dengan banyaknya mainan, anak bisa menjadi kurang kreatif karena tidak ada paksaan untuk berimajinasi dalam menciptakan permainannya sendiri. Anak akan terpaku dengan bermain sesuai fungsinya. Dengana begitu, anak bisa menjadi kurang fokus karena ingin memaikan banyak permainan.

Orang Tua Selalu Ikut Andil

Ilustrasi anak bermain. (Special)

Orang tua selalu ikut andil dalam setiap kegiatan anak, yang mana justru dapat menghambat kreativitas anak. Biasanya, anak-anak sangat senang ditemani orang tua karena merasa aman, nyaman, selalu ada tempat bertanya, serta menjadi tempat mengadu ketika ada yang salah.

Namun, apa Kamu tahu, jika hal ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan anak menjadi ketergantungan kepada orang tua? Seperti selalu minta tolong, dan malas berpikir untuk menyelesaikan masalah. Jadi tidak ada salahnya jika Kamu meninggalkan mereka dan mengawasinya dari jauh.

Membandingkan Karya Anak

Ilustrasi anak memberi hadiah. (Special)

Hal seperti ini pasti sering terjadi di lingkungan masyarakat. Terkadang, ambisi yang Kamu miliki terhadap anak membuat anak merasa tertekan. Ketika anak tidak mampu memberikan apa yang diinginkan orang tuanya, Kamu justru membandingkan-bandingkan ia dengan teman sebayanya.

Contohnya saja membandingkan karya anak. Hal itu justru akan membuat anak terpaku atau malas karena merasa karyanya salah dan tidak bagus. Hargai usaha anak, apresiasi karyanya dengan wajar, dan motivasi untuk bisa lebih bagus tanpa harus membandingkan.

Memotong Pembicaraan Anak

Ilustrasi orang tua marah kepada anak. (Special)

Seperti yang Kamu tahu, memotong pembicaraan saat orang lain berbicara merupakan sikap yang kurang sopan. Jika Kamu melakukan hal tersebut pada anak, bisa jadi ia akan menirunya. Bahkan, dengan memotong cerita anak bisa mematikan imajinasinya.

Orang tua tentu senang mendengar anak yang sudah pandai bicara bercerita. Tapi, terkadang orang tua sering terbawa suasana jadi ingin menebak kelanjutan cerita atau malah memotong karena merasa cerita tidak wajar. Mulai sekarang, jangan lakukan hal itu lagi.

Cukup dengan Kamu mendengarkan dulu cerita anak sampai habis. Jika anak berhenti bercerita, coba tanyakan "sudah selesai ceritanya?". Kemudian apresiasi mereka. Nah, jika ada yang salah, Kamu bisa memberi tahunya secara halus.

Memaksakan Keinginan Orang Tua

Ilustrasi orang tua marah kepada anak. (Special)

Keinginan orang tua terhadap anak itu bermacam-macam. Misalnya saja dengan orang tua yang suka rumah yang rapi. Terkadang, karena keinginan rumah rapi ini, Kamu sering memarahi anak atau cepat-cepat menyuruh anak membereskan mainannya. Padahal, permainan belum usai dan mereka sedang berimajinasi dalam permainannya.

Mulai sekarang coba tahan untuk melakukan hal itu dan bersabarlah. Kamu bisa memberikan waktu untuk anak agar mereka bereksplorasi. Contohnya, Kamu bisa membuat perjanjian di awal, bahwa jika sudah selesai akan bantu merapikan.

Yang paling penting adalah mulai turunkan ekspektasi tinggi terhadap anak. Karena biasanya ekspektasi inilah yang akan membuat anak menjadi tertekan.