5 Tradisi Syawalan Unik di Jawa Tengah, Sudah Tahu?

Rabu, 11 Mei 2022 | 14:15:00

Zulfah Ariyani

Penulis : Zulfah Ariyani

5 Tradisi Syawalan Unik Di Jawa Tengah, Sudah Tahu?

Ilustrasi Kirab Gunungan Ketupat. (Special). (Special)

Ladiestory.id - Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam tradisi dan masih dilestarikan hingga kini, termasuk salah satunya di Jawa Tengah. Salah satu provinsi di Pulau Jawa tersebut masih kental dengan adanya beragam tradisi di masing-masing daerah. Dalam merayakan hari raya Idulftri pun, masyarakat Jawa Tengah memiliki beragam tradisi unik yang berbeda satu daerah dengan yang lainnya.

Masyarakat Jawa Tengah pada umumnya merayakan lebaran sebanyak dua kali. Lebaran pertama yaitu pada 1 Syawal. Selain itu, masyarakat Jawa Tengah juga merayakan lebaran kedua pada 8 Syawal. Momen lebaran kedua tersebut biasa disebut sebagai Syawalan atau Lebaran Ketupat.

Pada momen Syawalan, masing-masing daerah di Jawa Tengah merayakannya dengan cara unik sesuai dengan kearifan lokal daerah tersebut. Ladiestory.id telah merangkum beragam tradisi unik dalam merayakan Syawalan atau Lebaran Ketupat. Yuk simak!

Kupat Jembut di Semarang

Ilustrasi kupat jembut. (Special)

Masyarakat Semarang, khususnya warga di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan Tengah memiliki tradisi unik dalam merayakan Syawalan. Masyarakat di wilayah tersebut memiliki tradisi berupa berebut kupat jembut.

Kupat jembut merupakan suatu hidangan berupa ketupat yang dibelah menjadi dua di bagian. Di tengahnya kemudian diisi dengan urap tauge. Meskipun terkesan cukup vulgar namanya, namun sajian tersebut sangat dinantikan kehadirannya. Tradisi yang sudah ada sejak 1950 tersebut melambangkan ungkapan syukur setelah berhasil menjalani ibadah puasa Ramadan.

Ziarah ke Makam Ulama di Kendal

Ilustrasi Syawalan Kaliwungu Kendal. (Special)

Masyarakat Kendal, khususnya di Kecamatan Kaliwungu Selatan, juga memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan Syawalan. Terkenal sebagai daerah yang religius, masyarakat Kaliwungu berbondong-bondong melaksanakan ziarah kubur ke beberapa tokoh ulama, di antaranya yaitu ziarah ke makam Kiai Asyari atau Kiai Guru.

Selain itu, untuk memeriahkan momen Syawalan, di Kaliwungu juga diadakan pasar tiban. Banyak penjual dadakan yang menggelar dagangannya di sejumlah titik keramaian, di antaranya yaitu seperti di Alun-alun Kaliwungu, Masjid Al-Muttaqin, di sepanjang Jalan KH Asyari, Jalan Pangeran Djuminah, hingga ke Pasar Gladak.

Sedekah Laut di Demak

Ilustrasi Sedekah Laut. (Special)

Berbeda lagi dengan masyarakat Demak yang merayakan Syawalan dengan melakukan tradisi sedekah laut. Masyarakat Demak melakukan ritual melarung kepala kerbau ke laut.

Ritual tersebut dilaksanakan pada hari ketujuh setelah lebaran. Ritual larungan kepala kerbau ini merupakan suatu simbol ungkapan syukur masyarakat Demak atas limpahan rezeki dan juga kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan.

Festival Balon Udara di Magelang

Ilustrasi Festival Balon. (Special)

Tradisi Syawalan yang tak kalah uniknya juga dilaksanakan oleh masyarakat Magelang. Masyarakat di Dusun Kauman, Desa Payaman, Magelang melaksanakan Festival Balon Syawalan. Tradisi tersebut sudah ada sejak 1980.

Kurang lebih ada sekitar 150 balon udara yang diterbangkan dalam acara tersebut. Dengan adanya penerbangan balon udara tersebut, menjadi pertanda bahwa Syawalan telah datang. Ada dua lokasi yang dijadikan tempat untuk melepaskan balon udara, yaitu di Masjid Agung Kauman dan lapangan setempat.

Kirab Gunungan Ketupat di Kudus

Ilustrasi Kirab Gunungan Ketupat. (Special)

Momen Syawalan juga diperingati secara meriah oleh masyarakat Kudus. Masyarakat Kudus merayakannya dengan mengadakan kirab Gunungan Seribu Ketupat. Ribuan ketupat dan ratusan lepet disusun menyerupai sebuah gunungan. Kemudian gunungan yang telah dibuat tersebut diarak menuju ke masjid Sunan Muria.

Setelah melakukan kirab tersebut, masyarakat kemudian melanjutkan dengan ziarah ke makan Sunan Muria. Hal lain yang tak boleh ketinggalan dari tradisi ini adalah mencuci kaki dan minum air dari gentong yang merupakan peninggalan Sunan Muria. Tujuannya adalah untuk 'ngalap' berkah dari Sunan Muria.