Digunakan Erina Gudono Saat Akad Nikah, Apa Filosofi Paes Ageng Yogyakarta?

Selasa, 13 Desember 2022 | 14:50:00

Bulan Maghfira

Penulis : Bulan Maghfira

Digunakan Erina Gudono Saat Akad Nikah, Apa Filosofi Paes Ageng Yogyakarta?

Erina Gudono memakai riasan paes ageng Yogyakarta saat akad nikah. (Spesial)

Ladiestory.id - Erina Sofia Gudono atau akrab disapa Erina Gudono kini telah resmi menjadi menantu Presiden RI, Joko Widodo. Istri Kaesang Pangarep ini pun membagikan momen pernikahannya di media sosial Instagram miliknya.

Erina membagikan foto momen akad nikah yang telah berlangsung pada Sabtu (11/12/2022) di Pendopo Ambarrukmo, Royal Ambarrukmo, Yogyakarta. Di momen sakral tersebut, Erina tampil anggun dengan konsep riasan paes ageng Yogyakarta.

Riasan paes ageng Yogyakarta tersebut khas dengan ujung yang lancip serta dikelilingi hiasan emas. Selain itu, rambut Erina Gudono dibuat sanggul kecil khas Yogyakarta, dan ditutupi oleh roncean bunga melati.

Unggahan Erina Gudono. (instagram.com/erinagudono)

Melalui unggahannya tersebut Erina menceritakan alasannya memilih paes ageng Yogyakarta untuk riasan di momen akad nikahnya dengan Kaesang Pangarep. Dalam keterangan unggahannya pada Senin (12/12/2022), Erina menyebutkan bahwa ia membutuhkan waktu lama untuk menentukan pilihan riasan.

“Ada banyak cerita di balik layar acara pernikahan ini. Acara yang dikonsep oleh aku dan Kaesang sesuai selera kami— dari tema, motif kain, busana, alur acara, dan segala perintilan lainnya. Termasuk untuk rias dari awal mas kaesang, Ibu, Mama, dan Gusti Putri titip pesan untuk memakai Paes Ageng Yogya, tapi butuh waktu lama untuk akhirnya aku memantapkannya bahkan sampai lima hari sebelum acara,” tulis Erina dalam keterangan unggahannya, dikutip Selasa (13/12/2022).

Finalis Puteri Indonesia itu mengungkapkan bahwa, dirinya ingin melakukannya dengan hati-hati untuk menyebarkan budaya Yogyakarta ke kalangan masyarakat. Istri Kaesang Pangarep tersebut juga menyebutkan harapannya agar semakin banyak orang yang mengetahui tentang filosofi di balik riasan Paes Ageng Yogyakarta tersebut.

“Karena aku mau melakukannya dengan hati hati dan sepenuhnya untuk menyebarkan budaya Yogyakarta ke masyarakat. Harapannya makin banyak orang tahu bahwa di balik indahnya riasan Paes Ageng Yogyakarta, dari cithak, centhung, paes prada, alis menjangan, dan sebagainya ternyata tersimpan banyak filosofi agung di dalamnya. Filosofi ini menjadi bentuk harapan bagi pengantin wanita dan pria dalam menjalani kehidupan pernikahan,” sambung Erina.

Erina Gunakan Riasan Paes Ageng Yogya. (Spesial)

Dilansir dari berbagai sumber, paes ageng Yogyakarta merupakan salah satu dari enam jenis riasan pengantin yang berasal dari Yogyakarta. Riasan paes ageng Yogyakarta tergolong istimewa dibandingkan dengan jenis paes yang lain, karena pada zaman dulu paes ageng Yogyakarta hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan di lingkungan keraton.

Alis menjangan, yakni bentuk alis tanduk rusa yang bercabang seperti tanduk, melambangkan kecerdikan, kecerdasan, dan keanggunan hewan tersebut sebagai inspirasi karakter untuk pengantin wanita. Paes prada, yang merupakan lengkungan hitam dengan garis emas di dahi pengantin wanita, memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga melambangkan simbol yang berlainan.

Erina Gudono memakai riasan paes ageng Yogyakarta saat akad nikah. (Spesial)

Lengkungan kecil disebut pengapit, melambangkan keseimbangan. Sementara, lengkungan besar melambangkan kebesaran Tuhan. Riasan ini memiliki makna agar perempuan dapat menjadi penyeimbang rumah tangga dan keluarga yang dijalankan di bawah kebesaran Yang Mahakuasa.

Chitak merupakan tanda kecil di dahi dan terletak di antara alis. Chitak mirip dengan milik perempuan India, namun terdapat perbedaan dalam bentuknya. Chitak memiliki filosofi soal pola pikir perempuan. Diharapkan, pengantin perempuan akan menjadi sosok yang berpikir ke depan, fokus, dan menjaga kesetiaan sebagai seorang istri.

Sementara, centhung adalah aksesori yang disematkan di kanan dan kiri kepala pengantin wanita. Centhung berjumlah dua buah sebagai lambang soal gerbang kehidupan baru yang baru saja dilewati oleh pengantin wanita dengan pasangannya.