Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Selasa, 13 Oktober 2020 | 16:49:19

LS Lifestyle

Penulis : LS Lifestyle

Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Ladies, kamu pernah nggak sih kesulitan mendeskripsikan perasaan yg sedang kamu rasakan? Kok kayaknya campur aduk antara perasaan lelah, panik, stres.  Masalah kesehatan mental berkisar dari kekhawatiran yang kita semua alami sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari hingga kondisi jangka panjang yang serius. Mayoritas orang yang mengalami masalah kesehatan mental dapat bergerak maju dan menjalani kehidupan yang utuh, terutama jika mereka mendapat bantuan sejak dini.

10 Oktober Sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 1992. Berawal sebagai aktivitas tahunan dari World Federation for Mental Health, peringatan ini tadinya tidak memiliki tema tertentu yang ingin di angkat setiap tahunnya. Setiap tanggal 10 Oktober, federasi ini melakukan peringatan dengan mendorong kesadaran terhadap kesehatan jiwa secara umum dan mengedukasi masyarakat mengenai gangguan mental.Lalu pada tahun 1994, untuk pertama kalinya Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati menggunakan tema. Tema yang diusung saat itu adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa di dunia. Sejak itu, setiap tahunnya, Hari Kesehatan Jiwa diperingati dengan tema yang berbeda, mulai dari kesehatan mental di tempat kerja, hingga kesehatan mental pada generasi muda. 

Generasi Z Rentan Terserang Gangguan Mental

Menurut WHO, kesehatan mental didefinisikan sebagai keadaan yang baik dimana individu menyadari potensi diri mereka yang sebenarnya, bisa coping dengan stres normal dari hidup, bisa bekerja dengan produktif dan mampu memberi kontribusi pada lingkungannya. Era globalisasi telah membawa perubahan dalam banyak aspek dunia ini. Namun, dengan kondisi dunia yang tidak stabil dalam era globalisasi ini bisa mengakibatkan pertumbuhan nilai pengidap penyakit mental.

Penyakit mental dapat didefinisikan sebagai kondisi kesehatan yang mengubah cara berpikir, perasaan, atau perilaku seseorang (atau ketiganya) yang menyebabkan kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Individu yang memiliki penyakit mental tidak mutlak terlihat sebagaimana orang mengidap penyakit pada umumnya, namun bukan berarti penyakit mereka tidak lebih berat daripada orang yang mengidap penyakit yang menyerang fisik. 

Penyakit mental bisa terjadi karena banyak faktor, baik genetika, lingkungan, dan sosial. Terdapat berbagai macam penyakit mental, dimulai dari depresi, skitzophrenia, ADHD, autisme, bipolar, DID, BPD, OCD, dan lain sebagainya.  Setiap penyakit akan mengubah perilaku masing-masing individu dalam cara-cara yang berbeda. Sekumpul penelitian menyatakan bahwa terdapat perubahan struktur otak pada orang yang mengidap penyakit mental.

Perubahan struktur ini dikaitkan dengan perubahan kimiawi and fungsional pada otak. Indonesia tidak rentan dari masalah penyakit mental, terutama Jakarta sebagai ibukota, dimana tuntutan hidup lebih tinggi dibanding wilayah lainnya. Dengan padatnya kota dan pekerjaan, level stress di ibukota cenderung lebih tinggi dan hal ini bisa menyebabkan kesenjangan sosial dan tentunya akan berefek pada kesehatan mental generasi z dikota-kota besar.

Seperti yang kita ketahui, di Indonesia, kesehatan jiwa belum menjadi perhatian utama. Jika bicara masalah kesahatan, orang hanya akan mengaitkannya dengan kondisi fisik.  Melalui Hari Kesehatan Jiwa Dunia, mengingatkan kita bahwa mengakhiri hidup dengan cara pintas bisa terjadi pada siapa pun, tanpa mengenal latar belakang sosial maupun kelompok usia.

Sumber Foto Utama: Freepik.com