Quiet Quitting, Tren Baru dalam Dunia Kerja yang Berbahaya

Selasa, 11 Oktober 2022 | 15:00:00

Anisah Chamalia

Penulis : Anisah Chamalia

Quiet Quitting, Tren Baru Dalam Dunia Kerja Yang Berbahaya

Quiet Quitting. (Special)

Ladiestory.id - Akhir-akhir ini istilah quiet quitting menjadi tren di kalangan masyarakat, khususnya para pekerja. Hal ini bermula dari salah satu akun TikTok @zaidleppelin yang membahas mengenai kewajaran seorang karyawan untuk tidak bekerja secara ekstra dan cukup melakukan porsi pekerjaannya dengan sesuai.

Lantas, munculah istilah quiet quitting yang ditengarai berhubungan kuat dengan hustle culture yang kemudian semakin terkenal dikalangan para pekerja sejak pandemi COVID-19 melanda. Rasa bosan, burnout hingga kelelahan secara fisik dan mental membuat banyak karyawan perlu melakukan quite quitting. Lalu, apa itu quiet quitting? Yuk, simak penjelasan berikut.

Pengertian Quiet Quitting

Quiet Quitting. (Special)

 

Quiet quitting merupakan istilah yang tengah menjadi tren sebagai bentuk sisi lawan terhadap budaya hustle culture. Hal semacam ini banyak terjadi di kalangan pekerja ibu kota yang telah memiliki budaya mengakar dalam bekerja. Nyatanya, penerapan hustle culture ini banyak berdampak buruk bagi diri baik secara fisik maupun mental. Jika membahas secara pengertian, quiet quitting adalah istilah untuk menunjukkan sebuah kebiasaan kerja yang sesuai porsi baik secara jam kerja maupun beban kerja yang telah diberikan pada awal bekerja. Sehingga, para penganut quiet quitting akan menghindari kebiasaan hustle culture seperti lembur ataupun mengerjakan tugas tambahan diluar tugas utama mereka. 

Penyebab Quiet Quitting

Quiet Quitting. (Special)

 

Salah satu penyebab yang menjadi alasan banyak pekerja melakukan quiet quitting adalah merebaknya tren ini sebagai bentuk menjaga keseimbangan hidup dalam bekerja dan kehidupan pribadi. Selain itu, tingginya dampak buruk atas hustle culture membuat banyak pekerja mulai menyadari pentingnya kesehatan diri. Secara garis besar, quiet quitting memberi sebuah ruang yang seimbang bagi seseorang menikmati hidup yang berkualitas dan bermakna. Harapannya, dengan merebaknya tren ini dapat membantu terciptanya sebuah ekosistem dalam dunia kerja yang positif.

Ciri-Ciri Quite Quitting

Quiet Quitting. (Special)

 

Nah, bagi kamu yang mungkin secara tidak sadar perlahan menerapkan quiet quitting, yuk simak ciri-ciri berikut ini. Pertama, kurang inisiatif. Biasanya, para penganut tren ini akan berubah menjadi karyawan yang pasif dan bahkan lebih memilih diam dalam memberikan pendapat jika tidak diminta. Kedua, mengurangi interaksi. Jika seseorang yang tadinya senang membaur kemudian memilih untuk menyendiri atau sering menghilang, bisa menjadi salah satu pertanda, Ladies. Ketiga, tidak merespon ketika di hubungi di luar jam kerja. Keempat selalu pulang tepat waktu. Terakhir, mengajukan resign. Hal tersebut merupakan puncak bagi seorang karyawan yang melakukan quiet quitting.

Manfaat Quiet Quitting

Quiet Quitting. (Special)

 

Meski dinilai berbahaya, bagi penganut quiet quitting, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari menerapkan hal ini. Pertama, bekerja lebih efektif. Sebab, waktu yang dimiliki akan digunakan secara maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai job desc. Kedua, kualitas hidup lebih baik. Melakukan pekerjaan sesuai porsi akan membuat karyawan menjadi tepat waktu dan dapat segera melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Ketiga, tidak mudah mengalami burnout. Ketika seseorang sering menghabiskan waktu secara berlebihan untuk bekerja, maka ia akan lebih mudah terserang kelelahan baik secara fisik dan mental. Bagi penganut quit quitting, hal ini dapat dihindari.

Dampak Buruk Quiet Quitting

Quiet Quitting. (Special)

 

Meski memiliki beberapa dampak positif, nyatanya quiet quitting tak lepas dari dampak buruk yang mengiringinya. Beberapa dampak buruknya sebagai berikut; pertama, memberikan dampak pada produktivitas karyawan. Bagi penganut quiet quitting, biasanya akan memberi kontribusi secukupnya atas pekerjaan yang dilakukan. Sebisa mungkin mereka menghindari lembur atau pekerjaan di luar porsi mereka. Kedua, peluang di PHK perusahaan. Tentu saja, ketika performa seorang karyawan menurun, maka perusahaan akan memberikan penilaian terhadap karyawan tersebut. Ketika dirasa tidak ada perubahan, biasanya perusahaan akan memutuskan kontrak kerja untuk menggantikan karyawan tersebut dengan calon karyawan lain yang berkompeten dan dapat bekerja secara maksimal.

Itulah penjelasan mengenai quiet quitting. Tentu saja, tren apapun dalam dunia kerja memiliki sisi positif dan negatif. Tentukanlah keputusanmu secara bijak dalam bekerja. Sukses selalu, Ladies!