Tak Ajak Putra Bungsu ke Luar Negeri, Ini Alasan Oki Setiana Dewi

Ladiestory.id - Penceramah Oki Setiana Dewi merayakan momen pergantian tahun bersama keluarganya di Amerika. Bukan hanya sekadar jalan-jalan, Oki Setiana Dewi terbang ke Amerika dalam rangka untuk memenuhi undangan dari Indonesian Muslim Society in American (IMSA).

Ibu empat anak tersebut melakukan safari dakwah di kawasan Amerika dan Kanada dalam rangka momen libur panjang di pergantian tahun. Ia mengunjungi beberapa negara bagian dan kota, seperti Washington DC, Boston, Toronto, Kanasa, New York, Tulsa, Dallas, dan San Fransisco.

Dalam perjalanan tersebut, diketahui Oki Setiana Dewi turut memboyong suami dan ketiga anaknya. Namun, ia tidak mengajak putra bungsunya, Sulaiman Ali Abdullah.

Istri dari Ory Vitrio itu pun mengungkapkan alasannya tidak mengajak putra bungsunya dalam perjalanan tersebut lewat unggahan Instagram. Oki Setiana Dewi membagikan foto Eman, panggilan akrab putra bungsunya bersama sang adik, Ria Ricis dan Teuku Ryan, serta keponakannya, Moana, yang sedang bermain dengan lumba-lumba.

“@sulaimanaliabdullah belum boleh pergi terlalu jauh di cuaca ekstrim, jadi dititip dulu sama ibu @riaricis1795 , papa @teukuryantr , bunda @dr.shindyputri_ dan ayah @dr.arifrahman_ ❤️❤️❤️,” tulis Oki Setiana Dewi dalam keterangan unggahannya.

Masih dalam keterangan yang sama, Oki Setiana Dewi juga menyatakan keinginannya untuk dapat mengajak Eman pergi bersama-sama.

“InsyaAllah nanti kita pergi sama-sama yaa,” sambungnya.

Seperti diketahui, Eman, putra bungsu Oki Setiana Dewi dan Ory Vitrio tersebut mengidap sebuah penyakit langka, yakni prader willi syndrome (PWS) atau sindrom prader willi. Prader willi syndrome atau PWS merupakan kelainan genetik yang menyebabkan sejulah masalah pada fisik, mental, dan perilaku.

Melansir berbagai sumber, penderita prader willi syndrome akan kesulitan mengontrol berat badannya sebab mereka memiliki dorongan yang sangat kuat untuk makan lebih banyak tanpa pernah merasa kenyang. Menurut Prader Willi Syndrome Association di Amerika Serikat, terdapat 1 dari 8 ribu hingga 1 dari 25 ribu orang yang mengalami sindrom tersebut.