1. Health
  2. Tak Baik Digunakan Jangka Panjang, Ini Efek Samping Inhaler pada Pasien Asma
Health

Tak Baik Digunakan Jangka Panjang, Ini Efek Samping Inhaler pada Pasien Asma

Tak Baik Digunakan Jangka Panjang, Ini Efek Samping Inhaler pada Pasien Asma

Inhaler SABA. (Special)

Ladiestory.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa, berdasarkan data pada tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia berjumlah 4,5% dari total jumlah penduduk Indonesia atau lebih dari 12 juta pasien. 

Medical Doctor AstraZeneca, dr. Feddy mengatakan bahwa 70% pasien asma di Indonesia menggunakan SABA (Short Acting Beta Agonist) lebih dari tiga canister.

“AstraZeneca berkomitmen pada semua pemangku kepentingan dalam penanganan penyakit tidak menular, serta terus bekerja sama untuk memperluas akses-akses pengobatan asma,” ujar dr. Feddy, Rabu (10/5/2023).

Sejalan dengan hal tersebut, Dokter Spesialis Paru dari  Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyatakan, Dr. H. Mohamad Yanuar Fajar, Sp.P, FISR, FAPSR, MARS, mengatakan bahwa pasien asma di Indonesia cenderung menggunakan inhaler SABA dibanding dengan inhaler dengan kandungan ICS (Anti-inflamasi melalui inhaler) karena SABA dirasakan dapat memberi efek lega secara  cepat, dan telah menjadi lini pertama terapi asma sejak lama.

"Penggunaan  inhaler pelega SABA secara teratur, dapat mengurangi efek atau manfaatnya, sehingga untuk  mendapatkan efek yang sama, diperlukan lebih banyak inhalasi atau obat. Terlebih lagi  penggunaan SABA secara berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan asma,  rawat inap karena asma, bahkan kematian,” jelas Dr. Yanuar.

"Selain itu, pengobatan asma dengan hanya menggunakan inhaler pelega SABA tidak lagi  direkomendasikan, karena SABA tidak mengatasi peradangan yang mendasari asma," sambungnya.

Kampanye "Stop Ketergantungan" dari AstraZeneca. (ladiestory.id / Bulan Maghfira)

Lebih lanjut, Dr. Yanuar mengatakan bahwa pasien asma seharusnya mendapatkan pengobatan yang mengandung ICS (antiradang/anti inflamasi), contohnya kombinasi ICS-Formoterol, untuk mengurangi risiko  serangan asma. 

“Pasien asma dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk  memastikan kondisi asma terkontrol dan mendapatkan tindakan yang tepat, bukan hanya  mencari pengobatan instan saat serangan asma muncul," tambahnya. 

Bertujuan ingin mengedukasi masyarakat, terutama bagi pasien asma dan para tenaga kesehatan mengenai penyakit asma, serta pengobatan asma yang baik dan benar, AstraZeneca melaksanakan sebuah kampanye kesehatan masyarakat “Stop Ketergantungan”.

Dalam kampanye tersebut, AstraZeneca menyediakan sebuah media digital berbasis bukti yaitu tes ketergantungan pelega, yang dapat dibuka di www.stopketergantungan.id yang dapat berfungsi untuk menilai tingkat ketergantungan pasien terhadap inhaler pelega SABA, dengan tes yang diadaptasi dari Kuesioner Risiko SABA yang telah divalidasi.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel