Tak Baik untuk Kesehatan Mentalnya, Membanding-bandingkan Anak Sebabkan 6 Dampak Buruk

Minggu, 8 Desember 2019 | 08:49:58

LS Parenting

Penulis : LS Parenting

Tak Baik Untuk Kesehatan Mentalnya, Membanding-Bandingkan Anak Sebabkan 6 Dampak Buruk

Hampir setiap orang tua menginginkan anaknya agar bisa cerdas, multitalenta, mandiri, berani, dan memiliki kelebihan-kelebihan lainnya yang menonjol. Tak jarang, orang tua akan marah ketika anaknya tidak dapat melunasi segala harapannya. Bahkan, ada juga orang tua yang langsung mengomeli anaknya, agar si buah hati bisa memenuhi segala ekspektasinya. Terkadang pula, orang tua gemar membanding-bandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain yang dianggapnya mampu memenuhi harapannya. Tapi, yang lebih parah lagi, tak sedikit juga orang tua yang senang membandingkan kemampuan anaknya yang satu dengann anaknya yang lain lho, Ladies. Padahal, membanding-bandingkan anak bisa menimbulkan dampak buruk bila tak segera dihentikan. Berikut 6 dampak buruk membanding-bandingkan anak bagi kesehatan mentalnya.

1. Anak menjadi rentan stres

Anak menjadi rentan stres
sumber: freepik.com

Ketika orang tua gemar membanding-bandingkan kemampuan anak yang satu dengan anaknya yang lain, ia tidak akan pernah sadar bahwa apa yang dilakukannya terhadap buah hatinya itu akan menyebabkan si anak mudah mengalami stres. Sebab, ketika anak dibanding-bandingkan dengan kakak atau adiknya yang lebih cerdas atau lebih mampu memenuhi harapan orang tua, anak tersebut akan mengumpulkan kekecewaan dan kekesalannya di dalam pikirannya. Ia pun akan terus memikirkan mengapa dirinya tidak bisa membanggakan orang tuanya seperti saudaranya yang lain. Ia akan menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan satu permasalahan itu saja dan terkesan tidak produktif. Sehingga tanpa sadar, anak tersebut akan mengalami gangguan tidur dan menyebabkan stres.

2. Anak terbiasa menganggap dirinya tak berguna

Anak terbiasa menganggap dirinya tak berguna
sumber: freepik.com

Dampak buruk membanding-bandingkan anak yang kedua adalah anak akan menjadi rendah diri. Ia akan menganggap bahwa ternyata ia tak bisa memenuhi keinginan orang tuanya seperti saudaranya yang lain. Ia akan mengira bahwa ia tak memiliki kemampuan melakukan apapun, Ladies. Padahal, setiap anak mempunyai keunikan dan keahliannya masing-masing. Kita tetap tidak bisa memaksakan anak untuk menjadi seperti yang kita mau. Sebab, perbedaan kemampuan yang dimiliki setiap anak tentu akan membuat mereka saling melengkapi. Hanya saja, orang tua jarang mau menyadarinya.

3. Anak menjadi kurang percaya diri

Anak menjadi kurang percaya diri
sumber: freepik.com

Setelah menjadi rendah diri, secara otomatis anak juga akan merasa kurang percaya diri. Bagaimana tidak, ketika orang tua membanding-bandingkannya dengan orang lain, ia akan merasa kehilangan motivator paling besar, yaitu orang tuanya sendiri. Sedangkan, jika orang tuanya saja tidak memercayai kemampuan anak, bagaimana mungkin orang lain akan memecayainya juga? Anak akan memikirkan hal itu terus-menerus dan berulang kali. Masalahnya, jika anak sudah mengalami krisis percaya diri sejak dini, ia pun akan terbiasa menjadi anak yang pemurung, penyendiri, dan takut menghadapi dunia ketika menjelang dewasa kelak.

4. Anak punya rasa dendam dan siap memberontak suatu saat nanti

Anak punya rasa dendam dan siap memberontak suatu saat nanti
sumber: freepik.com

Barangkali, ketika kamu membanding-bandingkan anak dengan saudaranya yang lain selama ini, ia hanya diam saja, menunduk, dan pergi ke kamar untuk merenung. Padahal, sejatinya ia menyimpan rasa kesal, marah, dan dendamnya di dalam pikiran dan hati, Ladies. Ia pun akan mengalami trauma jika perbandingan itu terus dilakukan dalam waktu yang lama. Suatu saat nanti, ketika merasa cukup berani melakukan apa yang ia inginkan, anak akan membalas dendam dan memberontak terhadap segala keinginan orang tua yang cenderung otoriter.

5. Anak merasa usahanya tidak diapresiasi

Anak merasa usahanya tidak diapresiasi
sumber: freepik.com

Apresiasi adalah hal yang semestinya mejadi kewajiban setiap orang tua untuk menghargai segala usaha anak dari hal yang terkecil sekali pun. Termasuk ketika anak bisa mengikat tali sepatunya sendiri, menyelesaikan pekerjaan rumahnya, bahkan ketika ia gagal dalam kejuaraan yang ia ikuti. Sebab, meskipun anak mengalami kegagalan di dalam hidupnya, bukan berarti ia akan menjadi anak yang gagal selamanya, Ladies. Kegagalan akan membuatnya lebih bangkit lagi. Asalkan orang tua dan orang-orang terdekatnya tetap memberikan apresiasi atas segala upayanya. Tapi jika tidak, anak akan merasa bahwa segala yang ia kerjakan hanyalah sia-sia saja.

6. Anak akan memberi jarak dengan orang tuanya

Anak akan memberi jarak dengan orang tuanya
sumber: freepik.com

Dampak buruk membanding-bandingkan anak selanjutnya adalah anak akan malas berinteraksi dengan orang tua. Sebab, anak akan merasa percuma melakukan interaksi apapun dengan orang tua, jika orang tuanya saja tidak menaruh kepercayaan kepadanya dan hanya membanding-bandingkannya saja dengan saudaranya yang lain. Kelak, ketika dewasa, anak akan semakin membuat jarak yang besar dengan orang tuanya dan menganggap keberhasilannya di masa depan adalah usahanya sendiri tanpa campur tangan dan dukungan dari orang tuanya.

Jadi, mulai sekarang tak perlu lah membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain ya, Ladies. Sebab, setiap anak memiliki karakteristik dan keunikannya masing-masing yang patut disyukuri dan didukung.