Mengulik Efektivitas Work From Home Bagi “Budak Korporat”, Untung atau Rugi?

Jumat, 5 Januari 2024 | 16:19:00

Aldeta Prasasti

Penulis : Aldeta Prasasti

Mengulik Efektivitas Work From Home Bagi “Budak Korporat”, Untung Atau Rugi?

Ilustrasi Work From Home. (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ladiestory.id - Kehidupan pasca pandemi COVID-19 tentu memberikan perubahan yang sangat besar bagi banyak orang dalam berbagai sisi. Tidak hanya kehidupan personal, kehidupan sosial juga berubah imbas kebijakan-kebijakan baru yang bermunculan di tengah pandemi dan terus diterapkan hingga saat ini, salah satunya adalah work from home (WFH) dalam dunia kerja.

Selama pandemi, semua aktivitas di luar rumah sangat dibatasi sehingga semua lingkup kerja menerapkan bekerja dari rumah (WFH). Banyak yang menganggap WFH adalah salah satu kebijakan yang tepat, namun dengan adanya sistem kerja WFH semua pekerja seolah bekerja tanpa aturan waktu yang jelas (fleksibel).

Melansir dari laman Phys-Org, WFH disamakan dengan leaveisme yang merupakan istilah dari beberapa praktik kerja yang fleksibel, seperti:

  • Menggunakan waktu istirahat yang dialokasikan seperti hak cuti tahunan, jam kerja fleksibel, hari istirahat yang didaftarkan ulang untuk mengambil cuti ketika mereka sebenarnya sedang tidak sehat,
  • Menggunakan hak cuti untuk mengurus tanggungan, termasuk anak-anak atau kerabat lanjut usia (bukan untuk istirahat dan pemulihan),
  • Membawa pulang pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan pada jam kerja normal (karena beban kerja yang berlebihan),
  • Bekerja saat tidak bekerja, sedang cuti atau berlibur untuk mengejar ketinggalan.

Seperti yang diketahui, pandemi dan kebijakan lockdown serta pembatasan praktik kerja berdampak signifikan terhadap semua praktik kerja tersebut.

Beradaptasi dengan New Normal

Ilustrasi Work From Home. (Pexels.com/Christina Morillo)

Kini ketika sudah melewati masa-masa kelam tersebut, sebagian besar perusahaan mencoba menentukan seperti apa sistem kerja normal yang baru. Muncullah berbagai istilah kerja selain work from home, seperti hybrid.

Para perusahaan memberikan kebebasan kepada pekerja untuk memilih di antara keduanya. Namun pilihan-pilihan tersebut juga kemungkinan besar akan membuat perbedaan besar terhadap tingkat ketidakhadiran karena sakit, dan cuti dalam organisasi saat ini.

Menurut penelitian terbaru Phys-Org, semua pekerja saat ini tentu akan lebih memilih untuk WFH, karena membawa pekerjaan ke rumah, dan mengatur pekerjaan sekaligus kehidupan rumah kini sudah menjadi urusan sehari-hari bagi sebagian besar orang.

Dari penelitian tersebut juga dijabarkan beberapa aspek positif dan negatif dari WFH dan bekerja fleksibel. Misalnya, karyawan mungkin merasakan manfaat finansial yang besar dengan bekerja dari rumah, menghemat waktu dan biaya perjalanan. Kerugiannya, mungkin termasuk tidak memadainya ruang di rumah untuk bekerja, keterbatasan internet atau hambatan teknologi lainnya.

Namun, penelitian terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa meskipun terdapat lebih banyak pekerja yang memilih WFH selama dan setelah pandemi, 43% orang masih mengalami presenteeism (kehadiran) dan sedikit lebih banyak (47%) yang meninggalkan rumah.

Kendati demikian, para manajer kini jauh lebih sadar mengenai dampak fenomena ini di tempat kerja, sehingga harus mencari cara untuk meniadakan dampak dari praktik-praktik ini. Para manajer harus memahami perasaan dan pemikiran karyawannya terhadap hal-hal yang berdampak pada kehidupan mereka.

Pola Kerja Baru

Ilustrasi Bekerja. (Pexels.com/fauxels)

Dalam penelitian terbaru, manajer disebut harus dapat membuat perbedaan bagi karyawan dalam menjalani hari-hari menyenangkan di tempat kerja, dan menjalani saat-saat yang menyedihkan. Perusahaan juga harus mengatur perubahan kebijakan sehubungan dengan adanya sistem kerja jarak jauh versus kerja ke kantor.