Awas! Ternyata Ini Dampak Buruk Pola Asuh Helicopter Parenting pada Anak

Kamis, 4 Agustus 2022 | 09:45:00

Anisah Chamalia

Penulis : Anisah Chamalia

Awas! Ternyata Ini Dampak Buruk Pola Asuh Helicopter Parenting Pada Anak

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Ladiestory.id - Melindungi dan memastikan segala urusan anaknya berjalan baik merupakan keinginan seluruh orang tua. Namun, jika usaha yang dilakukan menjadi berlebihan, justru bisa menciptakan dampak buruk.

Pola asuh semacam ini disebut dengan helicopter parenting atau lebih dikenal sebagai overprotective parenting. Helicopter parenting merupakan pola asuh yang dilakukan oleh orang tua secara berlebihan dalam menjaga anaknya. Orang tua akan mengawasi setiap aspek dalam kehidupan anak secara terus-menerus yang diibaratkan seperti baling-baling helikopter.

Orang tua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting akan melarang sang anak untuk bermain di luar dengan alasan khawatir akan terjadi hal buruk, seperti jatuh, kotor atau terpapar pergaulan yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua.

Meski sering dinilai sebagai bentuk cinta dan kasih sayang. Namun, ada beberapa dampak negatif dari pola asuh ini. Berikut beberapa dampak  buruk helicopter parenting pada tumbuh kembang anak.

Anak Mudah Berbohong

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Mengatur anak dalam melakukan sesuatu mungkin terlihat sebagai sebuah hal baik. Namun, jika dilakukan secara berlebihan hingga lebih bersifat mengekang juga dapat mendorong tumbuhnya sikap berbohong pada diri anak.

Sebab, anak yang tidak memiliki ruang gerak bebas akan selalu mencari celah hingga akhirnya ia menganggap bohong merupakan jalan terbaik untuk lepas dari kekangan orangtuanya. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami ruang gerak anak yang cukup untuk ia mengembangkan diri.

Anak Mudah Stres dan Cemas

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Dampak buruk lain yang ditimbulkan dari helicopter parenting adalah stres dan kecemasan yang melanda diri anak. Melansir survei yang dilakukan Center of Collegiate Mental Health Pennsylvania State University, menunjukkan bahwa gangguan cemas merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering dialami oleh mahasiswa.

Survei yang dilakukan kepada 100 ribu mahasiswa tersebut menghasilkan kesimpulan, yaitu 55 persen mahasiswa menginginkan adanya konseling tentang gejala kecemasan, 45 persen mengenai depresi dan 43 persen mengenai stres.

Penyebab yang paling umum adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dengan selalu mengawasi anak secara berlebihan pada kegiatan akademis maupun non akademis.

Meski anak tidak melakukan kesalahan, ketika mereka diawasi secara berlebihan dapat menimbulkan stres, hingga cemas karena takut melakukan kesalahan.

Kreativitas Anak Terhambat

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Anak yang selalu dikekang hingga diatur akan tumbuh menjadi anak yang pasif. Sebab, ia selalu merasa bahwa pilihan terbaik dalam hidupnya hanya berasal dari orang tua. Sehingga, anak enggan untuk aktif dan kreatif.

Pola asuh helicopter parenting ini banyak memberikan dampak buruk pada anak. Contoh yang mungkin sering terjadi ketika anak hendak bermain pasir pantai untuk membuat bangunan atau bentuk. Orang tua justru melarang dan menjauhkan anak dari pasir dengan alasan takut kotor atau bisa terkena penyakit.

Padahal kegiatan tersebut dapat melatih kreativitas anak dan mengembangkan kemampuan kognitifnya.

Anak Jadi Penakut dan Kurang Percaya Diri

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Rasa takut dan khawatir secara berlebihan yang dimiliki oleh orang tua dapat membuat anak memiliki ketakutan yang sama. Keterlibatan orang tua dalam segala hal yang dilakukan oleh anak dapat memberikan dampak buruk pada diri anak itu sendiri.

Karena ketika ia tidak mendapat pengawasan orang tua, maka akan muncul rasa takut. Jika hal ini berlangsung terus menerus, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penakut.

Tak hanya rasa takut, jika hal ini sering dilakukan oleh orang tua sejak anak masih kecil dan terbawa hingga dewasa. Maka, akan terbentuk kepribadian, seperti tidak percaya diri, takut mengambil risiko, hingga berkecil hati. Oleh karena itu, orang tua perlu memerhatikan dampak ini saat melakukan pengekangan atau melarang anak selama pertumbuhan anak.

Anak Tidak Bisa Selesaikan Masalahnya Sendiri

Ilustrasi dampak helicopter parenting. (Special)

Keterlibatan orang tua yang berlebihan terhadap anak juga dapat memberikan pengaruh buruk yang lain. Seorang psikolog spesialis hubungan orang tua dan anak dari Amerika Serikat, Lauren Feiden, menuliskan dalam laman Psych Central bahwa helicopter parenting merupakan sebuah masalah yang dapat membentuk anak menjadi pribadi yang ketergantungan dan tidak mampu menghadapi masalahnya sendiri.

Sebab, orang tua selalu ikut campur dalam setiap permasalahan mau pun tantangan yang anak hadapi dalam masa pertumbuhan. Sehingga, saat ia mengambil keputusan akan selalu bergantung pada pendapat atau kemauan orang tuanya. Akibatnya, hingga dewasa pun anak akan selalu mengandalkan dan bergantung pada keputusan orang tua. Cukup berbahaya kan, Ladies?