Jaga Kesehatan Mental, Cara Memaafkan Tanpa Melupakan

Kamis, 9 Desember 2021 | 09:00:00

Bagia A. Saputra

Bagia A. Saputra

Anger & Stress Management Specialist

Certified Meditation Instructor The Golden Space Indonesia

Jaga Kesehatan Mental, Cara Memaafkan Tanpa Melupakan

Foto: ilustrasi orang memaafkan (spesial)

Sering kali rasa amarah atau rasa bersalah membuat seseorang sulit memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain. Kesulitan memaafkan diri sendiri maupun orang lain bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama kesehatan mental. Justru dengan memaafkan mental bisa menjadi lebih sehat.

Memaafkan seseorang bukan berarti melupakan kesalahan atau keberadaan orang tersebut. Lantas apa itu memaafkan? Dan bagaimana cara melupakan sepenuh hati tanpa melupakan?

Apa Itu Pemberian Maaf?

Menurut American Psychological Association, memaafkan atau memberikan pengampunan adalah tindakan secara sadar dan suka rela melepaskan segala macam kekesalan, perasaan marah, dan kebencian terhadap orang yang memperlakukan kita dengan tidak adil dan menyakiti kita. 

Bob Enright, Ph.D., seorang psikolog di Universitas Wisconsin dan pelopor studi pengampunan, mengungkapkan bahwa pengampunan tidak hanya letting go dan move on atau melanjutkan hidup, tetapi juga merasakan empati, kasih, dan pengertian terhadap orang yang menyakiti kita. 

Foto: ilustrasi memaafkan (spesial)

Manfaat Memaafkan

Walaupun memberikan maaf terlihat seperti tindakan sepele, tapi memaafkan memiliki manfaat untuk diri sendiri. Dikutip dari Harvard Medical School, berikut beberapa manfaat dari memberikan maaf. 

- Membantu mengurangi level depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan NAPZA

- Meningkatkan harga diri

- Meningkatkan kepuasan hidup.

Mitos dan Fakta tentang Pengampunan

Terdapat beberapa mitos tentang pengampunan atau memberikan maaf yang beredar di sekitar kita. Namun, hal tersebut terbantahkan oleh beberapa fakta dari penelitian yang dilakukan para ahli. Berikut beberapa mitos dan fakta tentang pengampunan.

1. Memaafkan dan Lupakan

Banyak orang yang bilang untuk memaafkan dan melupakan kesalahan atau keberadaan orang yang menyakiti kita. Elizabeth A. Kensinger, Ph.D. dari Department of Brain and Cognitive Science, MIT, memaparkan bahwa otak manusia memang memiliki kemampuan untuk menghilangkan ingatan tertentu yang tidak diinginkan.

Namun, energi tidak bisa dibohongi, sebab energi tidak bisa hilang. Emosi negatif justru bisa meningkatkan kekuatan memori kita. Jika tidak ditangani, hal-hal yang terkait tindakan atau kejadian menyakitkan tersebut dapat menjadi pemicu ingatan buruk kembali muncul. 

2. Memaafkan Sama dengan Kalah

Tak sedikit orang percaya jika seseorang memaafkan itu sama artinya dengan mengakui kekalahan. Hal ini dibantah oleh Will Meek, Ph.D, seorang psikolog yang mengungkapkan bahwa seseorang dapat memberikan maaf tanpa harus berkumpul bersama lagi. Anda pun punya pilihan untuk mengakhiri hubungan tanpa emosi negatif.

Salah satu contohnya, Anda bisa memaafkan seorang pencuri, tetapi hukuman atas tindakan buruk yang dilakukannya tetap harus dijalankan.

3. Memaafkan Itu Sulit

Sebagian besar orang berpendapat bahwa memaafkan adalah tindakan yang sulit. Menurut berbagai penelitian, pada kenyataannya otak manusia didesain untuk membentuk impresi sosial untuk memaafkan. Secara alamiah kita bisa memaafkan, hanya saja mungkin kita tidak tahu bagaimana caranya. 

Foto: ilustrasi orang memaafkan (spesial)

Cara Memaafkan

Di sekolah kita diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, tetapi kita tidak diajarkan bagaimana cara memaafkan. Untuk memberikan pengampunan tanpa syarat, berikut beberapa langkah yang harus dilakukan:

1. Izinkan untuk Merasa

Wajar jika Anda merasakan emosi negatif akibat disakiti. Namun, jangan biarkan emosi negatif tersebut ditekan, sebab dapat meningkatkan risiko penyakit kanker dan jantung. Dengan mengizinkan diri untuk merasa menjadi tindakan yang menghormati diri sendiri. 

2. Ekspresikan Perasaan

Saat merasakan emosi negatif, tidak ada salahnya untuk mengeksperikan atau melepaskan perasaan. Salah satu caranya adalah dengan berteriak.

Dr. Janov, penemu terapi screaming, mengungkapkan bahwa berteriak dapat membantu melepaskan trauma emosi. 

3. Menempatkan Diri di Posisi Mereka

Orang yang menyakiti kita terkadang mengalami kondisi khawatir, ketakutan, dan menderita. Mereka sering tidak berpikir saat menyakiti seseorang. Karena perasaan sakit dalam diri mereka itulah, mereka jadi menebarkan rasa sakit itu kepada orang lain.

Dengan menempatkan diri di posisi orang yang menyakiti kita, kita bisa memulai untuk lebih berempati dan memahami mengapa mereka melakukan hal-hal yang menyakitkan tersebut.

4. Mendapatkan Pelajaran atau Hikmah

Setelah itu, fokus pada pikiran positif. Temukan pelajaran atau hikmah dari kejadian tersebut. Jika bebas dari rasa kecewa tentunya akan merasa lebih lega. 

5. Memaafkan Tanpa Syarat

Terakhir, berikanlah maaf tanpa mengharapkan balasan. Refleksikan pada diri sendiri, dan ingat kapan diri sendiri membuat kesalahan dan dimaafkan oleh orang lain. Mari bagikan hadiah yang sama ke orang lain. 

Ingatlah bahwa memberikan maaf berarti Anda telah membebaskan diri dari penderitaan. Dengan memaafkan, kesehatan mental Anda pun jadi lebih terjaga.

 

Bagia A. Saputra

Anger & Stress Management Specialist

Certified Meditation Instructor

The Golden Space Indonesia

 

Bagia dapat dihubungi melalui:

Instagram: @thegoldenspaceindonesia

E-mail: [email protected]

Website: www.thegoldenspaceindonesia.com