Adegan Bullying Drama "The Glory" Diangkat dari Kisah Nyata, Ini Kronologi Aslinya

Kamis, 5 Januari 2023 | 11:30:00

Adegan Bullying Drama "The Glory" Diangkat Dari Kisah Nyata, Ini Kronologi Aslinya

The Glory. (Special)

Ladiestory.id - Drama Korea "The Glory" menyajikan aksi bullying yang brutal hingga meninggalkan bekas luka fisik dan psikologis bagi korban. Rupanya, salah satu adegan bullying tersebut diduga diangkat dari kisah nyata.

Di antara aksi kekerasan di sekolah, terdapat adegan di mana sekelompok pelaku memanggil Moon Dong Eun, yang diperankan oleh Song Hye Kyo, ke ruangan gym. Mereka secara sadis membakar lengan korban dengan alat setrika rambut yang panas.

Melansir Allkpop, adegan yang dimaksud adalah insiden kekerasan sekolah yang sebenarnya terjadi pada 2006 silam. K yang saat itu berada di sekolah menengah perempuan di Cheongju, biasa melecehkan temannya, J, dengan alat pengeriting rambut. Ia juga memeras uang J dengan alasan korban tidak menepati janjinya.  Sebagai tanggapan, Pengadilan Distrik Cheongju mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk penyerang, K. 

Adegan Bullying "The Glory". (Netflix)

Sementara itu, "The Glory" merupakan drama comeback Song Hye Kyo yang menceritakan siswa perempuan bernama Moon Dong Eun. Ia memiliki cita-cita sebagai arsitek. Namun, karena mengalami bullying, ia terpaksa putus dari sekolah. Setelah tumbuh dewasa, Moon Dong Eun bekerja sebagai seorang guru di sekolah dasar.

Moon Dong Eun diam-diam berencana melakukan aksi balas dendam atas kekerasan sekolah di masa lalunya begitu melihat para pelaku dapat hidup bahagia. Dia pun mempersiapkan balas dendam secara matang dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya.

Adegan Bullying "The Glory". (Netflix)

Penulis naskah dari “The Glory”, Kim Eun Sook, sempat mengungkapkan bahwa kisah drama tersebut terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Ia mengatakan, semua itu bermula ketika ia mendapatkan pertanyaan dari anaknya yang masih duduk di bangku kelas 11.

Kim Eun Sook juga membaca beberapa unggahan dari para korban kekerasan di sekolah. Melalui unggahan-unggahan yang ia baca, ia menyadari bahwa para korban menginginkan permintaan maaf yang tulus dari pelaku kekerasan.

“Di dunia yang keras ini, saya memikirkan apa yang bisa diperoleh dari permintaan maaf tulus. Saya kemudian sabar, itu bukan tentang memperoleh sesuatu, tapi soal mendapatkan kembali,” ujar Kim Eun Sook.